Sunday, July 29, 2012

Aruna, cobalah mengerti


 #Cerpenpeterpan - lagu cobalah mengerti

 picture : this

Sore itu Aruna berjalan pelan menghampiriku. Menatapku nanar. Ada sesuatu yang kutangkap dari matanya. Entahlah. Entah apa yang mengantarkannya padaku. Aku yang selama ini tak mengenal lagi cinta. Aku yang selama ini sudah tak berjabat tangan dengan sayang. Dan aku yang telah tak tau lagi bagaimana hangatnya pelukan. Kini Aruna. Dia datang padaku dengan bayang-bayang itu. Dia sedih, ada pancaran hampa di matanya. 

Seketika aku jatuh. Aku jatu cinta. Bukan karena dia sedang hampa dan aku “memanfaatkannya”. Tapi ini rasa yang belum pernah kumiliki untuk siapa pun. Getaran yang datang menyusup kedalam hatiku. seketika saat senja datang menghampiri sudut kota ini. Aruna, dia memanggilku. Bagas. 

Aku tersenyum. Sejak itu setiap bait yang ada dalam lembaran dedaun kering yang ku tulis dengan rintih peluhku, hanya untuk Aruna. Seseorang yang menghitari setiap lingkaran di kepalaku. Bahagia. Aku melakukannya dengan rasa itu. Sepenuh hati, tanpa menghiraukan hatiku. Inikah cinta? Sepertinya lebih dari itu. Aku “menghambakan” diri padanya. Aruna, kamu tau tau?  Ini adalah rasa tentangmu. Sakitku tak perlu lagi ku ingat. Agar sakitmu bisa berjalan pelan  meninggalkan bahagia yang kita mimpikan. 

“Jika kamu ingin mencariku. Temui aku di taman belakang rumah kita.” ucapnya.
Aku hanya diam, mencoba memahami apa yang terjadi. Kami baru saja bertengkar. Aku manusia, yang kadang tak bisa menahan sesak di dadaku. Dia masih bercerita tentang seseorang padaku. Seseorang yang katanya telah menyakitinya. Tapi dia tetap menjaga sakitnya. Ini bukan pertama kalinya. Namun cinta ini terlanjur mengalir pada muara hatinya. Aku memaafkan, sekali lagi ku maafkan. Lagi…

Aku takkan pernah berhenti
Akan terus memahami, masih terus berfikir
Bila harus memaksa atau berdarah untukmu
Apapun itu asal kau mencoba menerimaku

Aku paham sangat. Mencintai adalah belajar untuk menerima orang yang dicintai. Begitu aku lakukan pada Aruna. Aku mengeringkan lukaku sendiri, agar dia tetap bisa tersenyum di hadapanku. Agar dia masih ingin bertahan bersamaku. Aruna, kamu terlalu berarti untukku. Bagaimana aku untukmu? Tak usah dijawab. Aku bisa merasakannya. Aku selalu berfikir positif untuk rangkaian kata yang pernah kita satukan.
Perlahan rumah hati itu mulai terlihat indah. Ada taman yang kita sirami dengan rindu. Katanya.

“Kamu harus menanam benih bunga di sini. Jangan biarkan bunga itu layu.”

“Demimu aku akan menanam bunga itu, mungkin bukan melati, ataupun mawar. Nama bunga itu: bahagia. Semoga kamu suka.” Sahutku tersenyum.

Aku bahagia, dia juga. Kita menikmati desiran suara lumba-lumba di langit sore itu. Entah dari mana datangnya lumba-lumba yang lebih mirip dengan awan itu. Mungkin dari surga, ucapnya. Aku percaya lumba-lumba itu datang dari surga. Sekali lagi aku ingin mengatakan. Bagiku kamu adalah surga yang paling indah. 

Hingga malam itu merubah semuanya. Sepotong kue ulang tahun dari masalalu sanggup membuatnya meninggalkanku. Aku tak tau harus bagaimana lagi. Aruna, kamu boleh menyakiti dengan cara apapun. Kamu boleh membuatku luka dengan pisau jenis apapun. Tapi jangan biarkan hatiku keping dengan retak jejakmu. Aku memohon. Perahan dia menatapku. Pilu. Rasanya begitu pilu. Aku mencintaimu, bisikku. 

Aku tak peduli sesakit apa irisan belati itu. Meski kamu menyayat hatiku. Tapi sekali lagi “kebodohan” ini tak bisa kuhentikan. Mencintaimu.
“Aku tak sanggup begini Aruna…”
Dia hanya diam, sembari berjalan meninggalkanku. “Aku tak menemukan cinta itu padamu,” katanya. 

Bagaimana bisa?! Lalu apa arti pelukan selama ini? Apa arti sentuh lembut itu? Semua kata bahagia denganku. Apakah itu bukan kata hatinya? Sepotong kue masalalu itu membawa separuh hatiku. Separuhnya lagi remuk di sini. Ingin rasanya aku berteriak!

Dan kamu hanya perlu terima
Dan tak harus memahami, dan tak harus berfikir
Hanya perlu mengerti aku bernafas untukmu
Jadi tetaplah di sini dan mulai menerimaku

Tapi masalalu itu memang tak tau diri. Dia datang dan pergi sesukanya. Dan kini dia membawa Aruna dan juga hatiku. Aku hanya bisa berdiri di sini. Menanti senja, mungkin Aruna akan kembali. Atau aku akan melemah seiring rapuh usia yang menghampiriku. Lalu mati.
Aruna bila kamu membaca ini. Aku masih menyimpan kalimat yang pernah kau lontarkan padaku. “Jika kamu ingin mencariku. Temui aku di taman belakang rumah kita.”

Cobalah mengerti semua ini mencari arti
Selamanya takkan berhenti, selamanya takkan berhenti.

To: Aruna, temui aku bila aku berarti untukmu.

Bagas.




Apakah seseorang itu [masih] kamu?!

* Kadang cinta tak selalu menjadi alasan untuk bertahan, tapi alasan untuk mencoba melepaskan.



* Ketika kata 'kita' tak lagi membuatmu bahagia untuk mengatakannya. Mungkin saat itu aku harus mulai mengerti maksudmu.



*Nanti kita akan bertemu lagi di Ruang yang sama. Di sofa merah. Tapi mungkin kita duduk sendiri-sendiri. Tanpa bicara apapun.



*Hingga satu di antara kita akan mulai bertanya: Apakah seseorang itu [masih] kamu?!

Saturday, July 28, 2012

Kata Orang


Kata orang, melupakan itu mudah. Bahkan ada yang mengatakan ‘sangat mudah’. Katanya juga, tak perlu mengingat-ingatnya lagi, nanti kamu juga lupa. Semudah itukah?!
Atau kamu ingat saja kejelekannya. Lebih parah lagi, berhenti berkomunikasi dengan dia. Lambat laun kamu pasti bisa. 

*Jangan berharap pada orang yang tak mengharapkanmu, lanjutnya.

Begitulah dulu aku mengatakan pada orang lain. Sebelum aku mengenalmu, dan sebelum kamu meninggalkanku.


Jatuh

Ternyata jatuh cinta adalah persiapan untuk jatuh, dan aku tak menyadarinya.

Thursday, July 26, 2012

Bunga itu; keyakinan



Ini sudah senja. Seperti hari itu saat kita duduk berdua di bawah rindang pohon rindu.
Dan kini aku duduk sendiri di taman belakang rumah kita, setangkai bunga ini masih ku pegang erat, berharap kamu menjeputnya. Cepat! Walau bunga ini tak akan mati, tapi aku bisa…
Nama bunga itu; keyakinan
Datanglah sebelum senja, jika kamu masih ingin bersamaku.


Selamat Jalan Hati

Aku terdiam dalam waktu yang tak bisa ku hitung detiknya.
Detak jantung terlalu deras mengikuti irama langkahmu.
Ini sudah terhenti saja, bahkan aku tak pernah mengakhiri.
Ketika ucapan "Selamat tinggal kenangan." ku dengar dari serak suaramu.

Kamu hanya berkata "Aku bisa."

Tapi tidak untukku.

Selamat jalan hati, aku akan merindukanmu. Jaga dirimu baik-baik.

*Aku masih terdiam di taman belakang rumah kita . entah sampai kapan kamu akan mengembara. Atau mungkin kamu tak akan kembali. Biarlah aku yang menunggu.

mencintai

Tak ada sedikit pun sesal telah meruahkan segenap rasa itu. 
Aku tahu sungguh.
Mencintai itu dicintai atau ditinggalkan. Saat itulah keikhlasan diuji.
tulus atau tidaknya kamu pada orang yang kamu cintai. 
Ini bukan hanya sekedar masalah hati, tapi bagaimana memikirkan hatimu.

"Aku menunggu di taman belakang rumah kita... Kuharap kamu datang dan menemukanku."

Tuesday, July 24, 2012

....

...kamu harus bahagia...
...kamu punya hak untuk bahagia....
aku hanya bisa memberikan apa yang aku bisa...

Monday, July 23, 2012

Selamanya

 picture from: this


Waktu akan terus berjalan, sama seperti air. Akan terus mengalir. Begitu juga udara, akan terus berhembus. Hingga saatnya semua akan terhenti, pada saat itu tak ada lagi yang bisa kita perbuat, aku, kamu. Hanya DIA, yang bisa melakukan apa yang tidak bisa kita lakukan.
Begitulah hidup. Akan terus berlanjut di jalan yang dikehendaki_NYA. Aku tak punya kekuatan apapun untuk menepis segala keinginan yang Mahakuat itu. Termasuk dalam hal mencintaimu.
Aku hanya ingin melakukan apa yang bisa kulakukan untuk sebait kata ‘bahagia’ untukmu. Namun bila akhirnya aku tak bisa membuatmu bahagia, aku akan pergi kebelakang rumah kita.
Rumah kita yang saat ini masih di dalam anganku. Mungkin mengurut dadaku, agar kamu tak tau. betapa sedihnya aku saat aku tak bisa membuatmu ‘bahagia’. Banyak harap yang telah kutuliskan untuk lembaran cerita kita. Cerita yang nanti ingin kubaca kan pada anak-anakku, tentu aku ingin ibunya adalah kamu. Semoga nanti bisa nyata, senyata aku mencintaimu. 

~*~

Duapuluh tahun yang lalu, seorang wanita cantik melahirkan anak wanita yang sangat cantik. Di mataku. Dia tumbuh dengan segala tumpang tindih kehidupan. Aku mengaguminya, kesederhanaan itu yang membuatku terus ingin mencintainya. 
Bagiku dia adalah wanita yang kuat, aku percaya. Walau kadang dia terlihat lemah. Itu wajar, karena dia manusia. Ada saatnya menangis, ada saatnya bersuka.
Hingga saat ini aku tak pernah ingin berhenti memahaminya, belajar tentang apa yang dia suka, dan yang tidak dia suka.
Dia itu, kamu.
~*~


“Sayang, besok adalah hari jadimu. Hari di mana kamu pernah seketika menangis, hari di mana semua orang bersuka menyambutmu. Kamu tau? aku merasakan hal itu sekarang. Aku bahagia telah bisa menjadi bagian dari perjalanan hidupmu. Hanya satu harapku: semoga aku masih akan tetap menjadi seseorang yang kamu ingini untuk menemani dan menjaga hatimu. Selamanya.”


23 Juli 2012, 12:14 pm


Sunday, July 22, 2012

....berceritalah

"Kamu kenapa memaksakan diri untuk menemuiku?" tanya saat aku terlihat tergesa-gesa menemuimu hari ini. "Jika terlalu sibuk jangan dipaksakan !"  lanjutmu. Aku hanya diam memberikan senyum kecil.

Apa kamu tak tau rasa lelah ini perlahan memudar mendengar kamu bercerita, aku kesini hanya ingin mendengar kamu bercerita, terserah itu kekonyolan atau pertanyaanmu yang harus kujawab!
Sekarang berceritalah !

Lalu aku akan melanjutkan...

Thursday, July 12, 2012

Rindu dan (sedikit) air mata

Kamu mau apa lagi? Membohongiku atau menyentuh lagi luka yang telah kau bekaskan . ini terlalu perih untuk memulainya lagi . aku tak ingin lagi merasakan itu .

Bukankah dulu kita memulainya dengan kejujuran. Saat dimana kamu begitu ku kenal , saat dimana kamu begitu mengerti rasa sepi, saat dimana kita mulai mengumpulkan kebahagiaan. Semuanya kita lakukan dengan hati . bahkan untuk hal sederhana yang membuat kita bahagia kita lakukan dengan hati. Bahagia ? ah…maaf mungkin bahagia itu terlalu luas, aku lebih suka menyebutnya hal yang bisa membuat kita saling tersenyum. Dan kita saling melakukannya. Aku selalu ingin melihatmu tersenyum dan kamu juga begitu .

Walau kita dijauhkan oleh jarak dan dibatasi waktu, aku selalu berharap untuk menjadi dekat denganmu. Walau hanya mungkinsekedar bermain pasir atau sekedar duduk menghabiskan waktu bersama matahari. Aku selalu rindu saat itu. kamu taun kenapa ? karena saat itu aku masih mengenal kamu sebagai seseorang yang hanya mencintaiku. Apapun kulakukan untuk bersamamu. Kamu juga.

Kamu ingat saat hujan terakhir kala aku menemuimu dipantai ? aku rela berhujan untuk menemuimu. Walau tubuhku terasa lelah aku terus berusaha. Itu demi siapa ? demi kamu!. Karena rasa lelah akan segera memudar setelah melihat senyummu.

Hujan yang begitu lebat mengurungku bersamamu di tepi pantai itu, tapi aku tak sedikitpun takut. walau saat itu laut seakan ingin menggulung kita . karena bersamamu aku kehilangan rasa takut. aku lebih takut kamu jauhkan hatimu dariku ( dulu ). hingga akhirnya matahari mengisyaratkan kita untuk berpisah lagi, aku benci saat itu. bagaimana denganmu ?. berbeda!, aku melihat pada dirimu ada yang berbeda seakan ada yang tersembuyi yang tak kamu katakan padaku. Karena aku percaya kamu - aku selalu berfikir baik padamu. Mungkin yang kamu sembunyikan itu adalah rindu. aku meyakinkan hati .

Itu adalah pertemuan kita yang membuatku mulai merasa kamu bukan orang yang sebenarku kenal. Tapi sekali lagi aku tak ingin merusak hubungan yang telah kita jaga. Kamu tau letihnya aku menjaga hubungan ini ? tak hanya hati yang aku rapuhkan tapi juga air mata. Cenggeng ! iya…mungkin itulah kata yang tepat saat itu. karena sesak yang mendera hatiku terpaksa membuatku menangis. Tapi aku masih bahagia .

Berhari lagi aku membuat hatiku terus mengertimu. Terasa agak sulit karena sikap yang kamu tunjukan berbeda dari kamu yang sebenarnya ku kenal. Aku mulai merasa di balik kata sayang yang kamu ucapkan padaku ada seseorang yang menikmatinya. Bukan aku.

Entah siapa? Dan untuk kesekian kalinya aku tetap memaksa hatiku untuk percaya padamu.

“ jatuh cinta itu tak mudah bagiku, aku butuh hati , aku butuh rindu dan (sedikit) air mata “

Hingga akhirnya aku tau yang sebenarnya “ cinta , kamu berkhianat ! . tapi kenapa harus aku yang kamu khianati ? ”. tapi aku tetap mengajak hatiku untuk bertenang, aku tak yakin ini terjadi. Entah apa yang lebih sakit dari ini ? jika ada aku ingin merasakan itu saja. Ada yang lebih menyakitkan ?

Tapi ternyata hati ini tak bisa tenang lagi, rindu itu tlah berbulir air mata. kali ini aku tak bisa lagi memaksa hatiku untukmu. Aku yang akan pergi, lelahku sudah cukup .

Sudah !

Jangan paksa hatimu yang tak lagi untukku, biar saja aku sendiri bila denganmu hanya bisa lelahkanmu” .

Wednesday, July 11, 2012

aku lelah


‘Kamu tau bagaimana sakitnya?’
‘….’
‘Kenapa diam saja?’
‘…’
‘Aruna, aku lagi bicara padamu.’
‘Aku tak punya jawaban untuk pertanyaanmu’
‘Aruna…’
‘Cukup, Bagas!’
Sontak air mata Aruna berlinangan.
‘Kamu tau kenapa aku memilih dia, Aku lelah menunggu…’
....

Tuesday, July 10, 2012

#KomikPacarGue Part 1




Komikus : @chacuwen

Kamu sedang mengingatku

Aku hanya terdiam saat membaca pesan singkatmu "Aku benci kamu " . Aku tak tau harus bereaksi seperti apa. Karena dari awal aku mencintaimu aku tak pernah takut kamu mengatakan kalimat itu padaku, aku hanya bisa melakukan apa yang seharusnya kulakukan "Mencintaimu sepenuh hati, dan menyerahkan hatiku sepenuhnya untukkmu."

Aku hanya bisa membalas pesan singkatmu "Aku percaya..", setidaknya aku percaya saat kamu menuliskan itu, dan mengirimnya padaku, kamu sedang mengingatku.

Aku selalu mempositifkan pikiranku padamu.



"Kamu sedang mengingatku --- dan melakukanya dengan caramu."









4 mei 2012, 10:53 PM

Monday, July 9, 2012

Figura

Ruang ini mengenalkanku pada cinta yang buta. Buta karena aku tak dapat melihat figura yang ada didalamnya. Dulu. Katamu; itu hanya sebatas kenangan. Perlahan aku membiasakan diri terbiasa didalamnya. Dengan figura, lengkap dengan lukisan seseorang yang kau beri nama kenangan. aku kuat, benar aku kuat. Sepertinya biasa saja. Apalah arti figura itu, tak akan membuatku risih. Awalnya berfikir biasa saja. Tapi semakin hari, kamu selalu membersihkan figura itu. didepanku pun, kamu tak peduli. Begitu berartikah figura itu?. sepertinya. Iya. Mungkin.



Aku selalu meyakinkan diri. Figura itu hanya sebatas hiasan dinding di dalam ruangan ini. tak lebih. Ya.. setidaknya, cara ini bisa membuatku nyaman diruang ini. entah kenapa saat kita lagi duduk dikursi menikmati segelas teh di sore itu. tiba- tiba figura itu jatuh. Kacanya retak. Dan kamu seperti orang yang tak kukenal. Kamu tak hanya membereskannya. Tapi kamu tak sadar kalau teh yang dimeja kita tumpah gara-gara kamu menyelamatkan figura itu. kakimu menyenggol meja, dan teh itu melimpah mengenai celanaku. Kamu tak menghiraukan aku.



Mungkin benar figura itu sangat berarti. Bahkan seberartinya figura itu. kamu lebih meratapinya di banding aku. Aku ada diruang ini, aku nyata. Tapi aku tak senyata figura itu dihatimu.



Sunday, July 8, 2012

Hanya selama itu

1. Sederhana saja; mencintaimu membahagiakanku, aku akan slalu melakukannya

2. Setiap pagi - hingga pagi lagi, begitu. Sebetulnya terkesan berlebihan, tapi apakah itu berlebihan bila kulakukan untuk untuk seseorang yang telah membuatku   merasa lebih. Lebih berarti.

3. Ya..., mungkin, aku tak akan bisa melakukanya selama waktu. aku hanya bisa melakukan sampai lelah menidurkan, dan saat bangun tak ada lagi matahari pagi. Hanya selama itu.

Saturday, July 7, 2012

Lelaki tak menangis, Mungkin

1. Menangis?

1. Aku lelaki,  tak mungkin aku melakukannya, kamu tau kan lelaki itu tak boleh menangis?!

2. Tapi kadang hati tak bisa memahami, aku berusaha menenangkannya. Setenang mungkin

3. Ternyata hati yang tenang, bisa membuat air mata mengalir tanpa diminta

4. Aku menangis? Tidak. aku tak menangis, ini karena mataku perih saja. aku ini lelaki, tak mungkin menangis.

5. Banyak hal yang kadang tak bisa dikatakan oleh seorang lelaki, saat dia tak mau terlihat tak  kuat.

6. Aku tak menangis, hanya melakukan refresh air mata saja.

7. Aku suka merefresh air mata ini, saat tak bisa lagi menahan sesak. ini bukan menangis, tapi cara untuk terlihat tidak menangis.

Sulit

Aku ingin menjelaskan padamu, tapi bagaimana caranya? aku tak bisa merangkai kata-kata yang indah agar terdengar menyenangkan. Kamu bisa ajari aku? benar , aku ingin menjelaskannya padamu. Tapi terlalu sulit untuk mengatakannya, aku juga tak terlalu bisa bicara dengan baik, kadang kata-kata ku belepotan saja, ditambah lagi intonasiku yang masih ambrulradul. Bagaimana ini? kamu bisa ajari aku?
Bagaimana ini terlalu susah untuk ku jelaskan padamu, bahkan aku telah membaca beberapa buku untuk menemukan trik yang tepat untuk mengatakannya. Tapi tetap aku tidak bisa, ini terlalu sulit. Harus bagaimana lagi aku ini?
ARrrrrrrrrrrrrrrgth...........!!!
Ini benar- benar susah untuk dijelaskan padamu, kenapa bisa sesulit ini ?

Apa karena aku terlalu menganggap mengungkapnya itu sulit?

Thursday, July 5, 2012

Percakapan yang [ tertunda ]

Akhirnya Dua hati itu bertemu,
 
“Aruna, Ternyata kamu tak punya rasa untukku.”

“Dari mana kamu menyimpulkanya?”

“Kamu tak pernah mau menerima ku di hatimu”

“Aku tak mengerti maksudmu?”

“Benar, kamu memang tak pernah mengerti apa yang ku rasa”

“Apa yang kau rasa, dan apa kau tau apa yang kurasa?!”

“Kamu tau, aku telah duduk di teras hatimu, menunggumu membukakan pintunya untukku.”

“Dari kapan kamu melakukannya?”

“Sejak lama”

“Ternyata kamu bodoh!”

“Kenapa kamu mengatakan aku bodoh?”

“Kamu tau, aku menunggumu di dalam ruang hatiku.”

“Sejak kapan, apakah kamu melakukan itu untukku?”

“Iya hanya untukmu. Aku melakukannya sejak lama, menunggumu masuk kedalam ruang hati ini.”

“Lalu, kenapa tak membukakan pintu hatimu untukku, agar aku bisa masuk. “

“Apakah aku harus membukanya?!”

“Kalau tidak bagaimana aku bisa masuk?”

“Sekali lagi, kamu benar-benar bodoh.”

“Kenapa kamu berkata begitu?”

“Kenapa kamu tak masuk saja sendiri, mendorong pintunya, cinta itu butuh usaha, aku tak pernah menguncinya!”

“Lalu, sekarang bolehkah aku masuk?”

“Tadinya, aku masih berfikir untuk mengijinkanmu masuk. Tapi kamu terlalu lemah.”

“Maksudmu?”

“Sekarang aku tak bisa membiarkanmu masuk ke ruang hatiku. Aku butuh pria yang kuat untuk menjaga hatiku, jika membuka pintu yang tak di kunci saja kamu tak bisa, bagaimana kamu bisa menjaganya. Kamu tak sekuat yang aku bayangkan. Bagas, aku takut”

Pindah

Ada saatnya pindah. Mungkin itu yang ingin saya jalani saat kembali membuka blog ini. Blog yang dulu bernama catatanmahasiswagalau ini, sekarang tak lagi memakai nama itu. Sudah saatnya beralih dari masa itu, masa dimana saya masih menjadi seseorang yang belum terlalu memperhitungkan segala hal. Seiring berjalannya waktu, banyak yang telah berubah. Pemahaman, sudut pandang, hingga cara berkarya.
Awalnya sempat terpikir untuk tidak ngeblog lagi. Takut tidak konsisten dengan blog yang di buat. Namun setelah saya pikir, kenapa harus berhenti berkarya hanya karena takut tidak konsisten dalam menulis. Dari itu saya memutuskan untuk kembali menulis di blog ini.
Semoga saya selalu betah dalam berkarya. Aamiin.