Sri,
aku masihlah lelaki yang sama. Lelaki yang akan mencintaimu sampai entah. Aku
tak pernah tahu berapa sanggup aku bertahan sendirian. Yang aku yakini, kau
juga tidak sedang bahagia. Meski, ini hanya kemungkinan dalam kepalaku saja.
Namun, Sri. Hidup telah mempertemukan kita dalam hal-hal terdalam. Kamulah
orang pertama yang mengenalkan aku hal-hal manis, sekaligus menggetirkan Sri.
Teramat getir.
Aku
sudah memperjuangkanmu sepenuh hatiku. Melakukan hal-hal yang bahkan aku
sendiri tak pernah memikirkan mampu melakukan itu sebelumnya. Namun, Sri, kau
kini menjelma perempuan penakut. Kau gamang, Sri. Terlalu takut akan kehidupan.
Kini kau memilih mencampakkan aku begitu saja Sri. Kau katakan kepadaku,
segeralah lupakan dirimu.
Andai
kau tahu Sri. Bagiku, tak pernah mudah melepaskanmu. Untuk apa kau datang ke
dalam hidupku, jika akhirnya kau sendiri yang membuat remuk jantungku. Untuk
apa kau ajak aku berkelana terlalu jauh ke dalam dadamu, jika nyatanya kini kau
membuatku tenggelam dan tak bisa mengenali diriku sendiri.
Aku
paham siapa diriku Sri. Itulah mengapa dari Awal kukatakan kepadamu. Aku takut
ditinggalkan. Kau katakan kepadaku, kau akan selalu bersama denganku. Namun
kini kenyataannya kepergianmu yang kuterima. Apakah cintamu sedangkal itu Sri?
Apakah kau tidak pernah menerima dirimu yang sudah menyatu bersama diriku.
Setiap luka di tubuhmu Sri, adalag ulahku. Lelaki yang tak pernah mampu melepaskanmu.
Jika nanti kau rasanya bagaimana rasanya tidak bahagia, harusnya kau tahu, aku
teramat sangat tidak bahagia melepaskanmu.
Sri,
hidup bagiku kini hanyalah usaha menerima kenyataan. Bahkan perempuan sepertimu
ternyata datang untuk meninggalkan sebuah kekejaman. Kau teramat melukaiku Sri.
Meski, aku tetap saja tak mampu untuk tidak mencintaimu.
Batara
Boy
Candra | 3/12/2015