Hari
berlalu, kamu semakin jauh saja. Jarak merentang tak terkira. Kesibukan mulai
membunuh kata-kata, suara, dan rencana. Apa kabar janji-janji bersama dulu?
Kebersamaan ternyata tidak seindah masa-masa remaja. Usia dan pekerjaan merebut
hidup kita. Semua menjadi hal-hal yang harus diselesaikan. Lalu kita dipaksa
mengabaikan.
Sudahkah
kamu menemui dirimu sendiri? Ada banyak orang yang kehilangan diri mereka
sendiri. Sebab terlalu sibuk bekerja sepanjang hari.
Cukup aku yang jauh darimu. Jangan sampai kamu kehilangan dirimu sebab tidak
bisa membagi waktu. Biarlah rindu-rindu yang menyiksa kita. Jangan asing dengan
semua yang kamu punya.
Teman baikku,
yang kini sibuk mengejar impian dan hidup yang lebih mapan. Jangan lupa,
bahagia kadang datang dari hal-hal sederhana. Nanti kalau sudah punya waktu
senggang, jangan lupa berkabar meski melalui pesan. Rindu kadang membuat kita
ingin saling sapa, lalu abai sebab merasa asing di kepala. Jangan lama-lama
begitu, jarak dan waktu yang membelenggu sudah terlalu menjauhkanmu dari
diriku.
Pulanglah
menemui dirimu yang tersisa dalam diriku. Temui rencana dan suara-suara keras
yang kita miliki dulu. Bekerja sepenuh hati itu perlu, namun hidup tidak semata
begitu. Jangan lupa, ada bagian-bagian di luar dari dirimu yang selalu
menunggu. Bagian-bagian yang sabar memeluk rindu. Bagian dari dirimu yang masih
kujaga dalam diriku.
Boy Candra |
12/1/2017
Satu hari di penghujung 2016, seorang teman mengenalkan saya pada (tulisan) anda. Tapi baru hari ini saya membacanya,jujur saja saya lebih menikmati empat paragraf di postingan ini daripada empat halaman pertama dalam Satu Hari di 2018. Setelah membaca empat halaman, saya memutuskan untuk melihat profil penulis dan mengunjungi 'sarang'nya di sini. Saya akan membaca buku itu sampai selesai. belum bisa dipastikan apakah saya akan menyukainya atau tidak. Lantas, apakah itu penting bagi penulisnya? Entahlah.
ReplyDeleteYang pasti, penting bagi saya untuk berterima kasih. sudah diingatkan untuk menemui diri sendiri. dan saya sangat menyukai kalimat ini,"pulanglah menemui dirimu yang tersisa dalam diriku". Kalimat itu memberi getar sekaligus getir.
Keren kata2nya bang..
ReplyDeleteApa kabar janji-janji bersama dulu?
ReplyDeleteItu yang selalu aku pertanyakan saat ini.
Ya... Yg macem sering kita baca2 dan dengar2...
DeleteJaman skrg janji itu sebagai kalimat penenang.. Selebihnya bulshit... Hahahaha
Itu dulu mungkin waktu pacaran begitu sangat manis2 ngomong nya... Ehhh ending nya tepok jidat... Hahahaha
Sangat menyentuh sekali :)
ReplyDeleteMas... Ijin share yee
ReplyDeleteKeren uda .. ijin share yah tenang pasti aku tulis sumbernya karena uda salah satu penulis favorit
ReplyDeleteAku ngefans banget sama uda.. Dan kata kata dalam novelnya pun banyak mengispirasi aku.. Dan gak sadar aku udah menulis hampir puluhan puisi yang terinspirasi dari buku buku uda boy candra. Aku suka menulis. Dan ingin menjadi penulis seperti uda boy candra. Tapi masalahnya usia.. Aku terlalu kecil untuk menulis sebuah novel.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete