Saat
asmara memuncak, kita terlihat begitu mirip. Lekuk wajahku seolah menyalin
lekuk wajahmu. Kata orang kita jodoh. Banyak hal yang disama-samakan pada kita.
Aku memiliki sifat A, dan kau juga. Aku menatap dengan cara ini, dan kau juga.
Kita memiripkan banyak hal. Kita membuat sama apa saja yang kita lakukan.
Memakai kaus yang kembar. Membeli cincin yang kembar. Bahkan untuk beberapa
makanan pun, kita memesan makanan yang sama.
Saat
kau suka es krim, aku pun ikut menyukainya. Saat aku minum kopi, kau pun juga
menyukai kopi. Padahal sebelumnya aku tak begitu suka dengan es krim, dan aku
tahu kau sangat jarang minum kopi. Karena kau memang lebih suka es krim dari
pada kopi. Sejak berdua denganku, kau menyukai kopi dan aku menyukai es krim.
Kita
mengatakan ini cinta. Banyak yang bilang, konon, kalau orang yang banyak
kemiripan adalah jodoh. Aku percaya saja, apa yang orang-orang katakan.
Bukankah perkataan adalah bagian dari doa? Tapi terlebih dari itu, aku
benar-benar mencintaimu. Aku benar-benar ingin menjadi jodohmu. Seseorang yang
kelak akan halal memelukmu, seseorang yang kelak akan halal mandi bersamamu.
Menjadi orang yang bekerjasama denganmu untuk membuahi cinta.
Tapi,
kini, pada kenyataannya, saat asmara tak lagi memuncak kita seolah lupa kalau
kita mirip. Kita bahkan seperti anjing dan kucing. Saling menyalahkan. Tak
jarang kau merasa benar sendiri, begitu pun aku. Banyak hal yang dulu sama, sekarang
seolah tak lagi begitu. Dan akhirnya aku sadar satu hal; jodoh tak hanya soal
kemiripan.
No comments:
Post a Comment