Saya sangat menghormati ayah saya. Saya tidak
pernah merasa lebih pintar dari beliau. Meski tak jarang kami berbeda
pandangan. Namun bagi saya, tidak sepantasnya saya membantah apa yang beliau
pikirkan. Tidak pantas anak menyalahkan ayah. Meski kadang, apa yang saya
pikirkan sudah tidak sesuai dengan apa yang ayah saya pikirkan. Di satu hal
saya sadar; ayah adalah akar untuk anaknya. Tidak akan pernah pohon kuat, kalau
akarnya tidak kuat. Saya tidak akan pernah menjadi lebih kuat untuk berdiri
kalau ayah saya tidak punya pikiran seperti itu. Karena itu, saya harus belajar
memahami kenapa dia berpikir seperti itu.
Sering kali saya memiliki keresahan hati; ini tidak
seperti yang ayah pikirkan. Tapi, saya tidak akan membantah apa yang ayah saya
katakan. Bagaimana pun, sebisanya saya tidak ingin membuat ayah saya sedih. Dia
telah membesarkan saya, membuat saya mampu berpikir tentang banyak hal. Jika
nanti saya membantah apa yang ia katakan dengan apa yang saya dapatkan di luar;
secara tegas, tentu ayah akan sedih. Dan kesedihan ayah adalah salah satu kegagalan
anak paling parah.
Jika ayah berbeda pandangan, saya akan mencari
jalan pikirannya. Lalu mencerna kembali, jika ada kesempatan, saya akan
bertukar pikiran dengannya. Tanpa membantah pikiran beliau. Tanpa membuat
beliau merasa saya lebih pintar. Karena saya memang tak akan lebih pintar dari
ayah saya. Tapi saya bisa belajar berpikir tentang apa yang ayah saya belum
sempat pikirkan. Mungkin karena dia selalu memikirkan hidup saya; bagaimana
anaknya bisa sampai seperti saat ini, lebih baik dari hari ini. Dia mengabaikan
hal-hal yang akhirnya akan didebat oleh anaknya.
Semoga saya tidak melakukan hal itu. Saya tetap
ingin menjadi anak yang membuat ayah saya mengerti, saya adalah anak yang tidak
ingin membantah apa yang ia pikirkan. Biarlah kepala saya beradu argumen
sendiri. Biarlah isi kepala saya saling berontak. Asal ayah saya tetap percaya;
dia adalah ayah yang saya hargai sepenuh jiwa saya. Dia adalah ayah yang
membuat saya tetap tenang menjadi anaknya. Dia adalah ayah yang tidak akan
pernah saya tandingi, dan memang tak ingin saya kalahkan pandangan hidupnya.
Saya hanya ingin; ayah saya tetap menjadi dirinya.
Ayah yang selalu berpikir agar anaknya terus belajar menjadi hebat. Sebab
dengan begitu, ia akan selalu mendoakan, memikirkan, bagaimana anaknya agar jadi lebih hebat lagi. Karena
itu, saya tidak pernah ingin terlihat hebat di mata ayah saya. Agar dia tidak
berhanti mencintai saya.
12:57 wib
21 mei 2014
---Boy candra
No comments:
Post a Comment