Di
senja yang membawamu pergi; aku pernah menitipkan doa pada angin, agar kau tak
pernah tahu jalan pulang. Genggamlah dia yang kau anggap pemenang. Biar kubasuh
luka agar tak kau buat berulang. Bagiku pilihanmu adalah hal terberat. Meski
aku tidak bisa melarang apa pun. Dia yang kau puja memang sudah sebaiknya kau
jaga. Biarlah aku yang memilih melupa, menghapusmu bersama luka-luka.
Pada
saat itu kau adalah orang yang kucintai sepenuh hati. Namun pada sesuatu yang
bernama pergi kau menyerahkan takdirku. Kau lupakan, kau lukakan aku. Hingga
aku harus menyadari kau tak sepenuhnya pantas dicintai. Barangkali kau memang
bukan takdir yang kucari.
Ada
saatnya kau harus tahu. Bukan denganmu saja hidup bisa bahagia. Kelak akan ada
angin-angin mesra yang memelukku dengan tubuh lain. Yang membuatku lupa, kau
pernah kucintai sedalam ini. Percayalah, lukamu tak sepedih itu. Percayalah
masih ada pelukan yang melupakan kesakitan yang kau derakan. Karena Tuhan tak
pernah sia-sia dalam menciptakan rasa pada dada manusia.
Kita
pernah sama-sama ingin berpetualang dalam rindu. Namun kehilangan merebutmu
dariku. Dalam sisa-sisa sendu. Aku menaruh harap. Bukan untuk memintamu
kembali. Tak lain agar kau tidak mengingatkan luka. Karena sungguh, aku pun
ingin mencintai manusia lain. Melebihi cinta yang pernah kuberi kepadamu. Agar
apa yang pernah kau buat luka segera dapat kubuat lupa.
Boy
Candra | 18/08/2014
Uda, kata2mu benar2 sedap.
ReplyDeleteAbg , top bgt lah pokoknya ..
ReplyDeletekata-katanya dalem banget (y)..
ReplyDeleteTerimakasih sudah membaca! :)
ReplyDelete"Percayalah, lukamu tak sepedih itu" keren bang
ReplyDeleteAku pernah mengalaminya. .
ReplyDeleteBagus bang :-)
ReplyDeletekeren bang
ReplyDeletejadi nangis bacanya, kayak baca cerita sendiri
Bahasanya selalu sederhana tapi ngena dihati.
ReplyDeleteFavorit pokoknya!