Suatu hari kau akan mengerti, dik. Betapa
cinta harus diperjuangkan. Agar hidup tak hampa dan hilang dari kebahagiaan.
Aku mencintai perempuan itu dik. Bagiku, dia adalah alasan kenapa hidup harus diperjuangkan.
Juga kenapa harapan harus diwujudkan. Dengannya aku merasa tenang, dia membuat
kepalaku terasa seimbang. Sebab, hidup selama ini adalah layang-layang, aku
terombang-ambing, ditarik-ulur oleh keinginan-keinginan yang tidak pasti.
Hingga kau pun tak tahu, betapa seringkali lelaki yang lebih tua darimu ini
merasa sepi.
Petang hari ini, aku hanya bermaksud meminta
pengertianmu, bahwa kau adalah perempuan yang ingin kupinta pendapat bagaimana
membuat lelaki ini menjadi kuat. Bukan dilemahkan yang kuharapkan, bukan
ditolak pandangan yang kuinginkan. Kelak kau pun akan mengerti betapa pedihnya
cinta yang tak bisa kau miliki. Kau juga akan tahu, bahwa memiliki tak perlu
menunggu. Lelaki ini hanya ingin, kau memberi harapan, merasa menjadi seseorang
yang juga kau inginkan untuk bahagia. Bukan lelaki yang ingin kau tolak
bahagianya.
Dik, apakah kau ingin aku memakan hatiku
sendiri? Lalu mengubur semua impian yang kutata sepenuh hati. Itukah yang kau
mau, hingga kau menolak untuk mengiyakan keinginanku. Aku ingin kau tahu, dik,
bagiku dia adalah perempuan yang ingin kutemani sampai tua. Perempuan yang
ingin kuhadiahi dengan pelukan-pelukan di kala senja, juga dia yang ingin
kutemani berbagi renta. Saat tubuhku tak lagi bisa banyak bergerak, hanya
matanya yang akan membuatku tetap berdiri tegak. Dialah kekasih yang akan
menemiku kelak. Denganyalah aku ingin melalui apa pun, bagaimana pun hidup
kami.
Aku berharap, dik. Jangan menghalangi
langkahku. Bukankah kau tahu, betapa pedihnya patah hati di masa lalu. Apa kau
tetap ingin aku merasakan hal yang sama? Menikmati luka-luka, sementara kau
tahu dia pun mencintaiku sepenuh dada. Dia juga menginginkanku untuk menjadi
lelaki yang mengimaminya. Dalam setiap detak jantungku, dalam setiap bait
doanya.
Kelak kau pun akan paham, bahwa hidup adalah
perihal meninggalkan keluarga. Meski sejauh apa pun pergi, keluarga tak akan
pernah tanggal dari dada. Aku paham ketakutanmu, namun kau juga harus belajar
memahami. Bahwa hidup adalah perihal berjalan, melangkah, dan menemukan. Aku
menemukan dia untuk menemani sesisa usiaku. Bukan berarti aku ingin melupakan
rumah tempat kita merasa bahagia.
Pada saatnya, kita harus menjalani hidup
sendiri, dik. Bukan berarti aku berhenti mencintaimu, bukan berarti dengan jauh
membuatku melupakan rumah kita. Aku hanya ingin membangun rumah kecil di dalam
dadanya, perempuan yang kupilih untuk kucinta. Perempuan yang juga akan menjadi
bagian dari kau dan aku. Dari apa yang kita punya selama ini. Pahamilah dik,
hidupku adalah layang-layang, jangan kau putuskan dan akhirnya aku terbang tak
tentu arah. Kau tak akan menemukan aku lagi.
Aku akan terbang jauh, membiarkan diriku
dibawa angin. Terbang sejauh mungkin untuk membuat diriku tenang. Hingga waktu
memintaku berhenti, dalam dada yang semakin retak, dalam tulang-belulang yang
kelak hanya bisa kau kenal sebagai kenangan. Apa cerita seperti itu yang kau
mau dik?!
Boy Candra | 31/08/2014
kelak kau kan mengerti betapa pedihnya cinta yang tak bisa kau miliki. :')
ReplyDelete