Perpisahan seringkali
membuat seseorang lepas kendali. Ada yang berusaha bertahan sendiri. Tidak mau
menerima kenyataan bahwa orang yang dicintainya tidak lagi membutuhkannya.
Setidaknya, sampai dia lelah. Atau mungkin sampai dia sadar bahwa berjuang
sendiri itu melelahkan. Tidak ada gunanya memperjuangkan seseorang yang jelas
tidak mau diperjuangkan. Namun tidak sedikit yang terus saja mencoba untuk
memperbaiki segalanya. Atau ada yang lebih parah lagi, demi melupakan seseorang
ia memaksa dirinya membenci.
Tidak salah, jika
menurutmu membenci seseorang adalah cara terbaik untuk melupakan. Namun, ada
hal yang perlu dipahami, bahwa rasa benci seringkali tidak pernah menuntaskan
apa pun. Bahkan rasa benci seringkali melahirkan beban baru di kepala kita.
Sebab, semakin kita membenci seseorang, semakin dia bersarang di kepala kita.
Harus dipahami,
sekeras apa pun usaha membenci seseorang. Selama dia masih ada di hati kita, dia
tidak akan mudah dilupakan. Sebab, itu berhentilah membenci. Karena pada
dasarnya, melupakan hanyalah perkara berdamai dengan keadaan. Tidak mudah
memang, namun membenci bukanlah cara yang baik untuk menghapus kenangan.
Semuanya butuh proses. Agar melupakan berjalan dengan semestinya, tidak perlu
memaksakan diri untuk terlihat kuat. Tidak perlu membenci, walau kamu tidak
harus berbaik pada dia. Cobalah membiasakan diri, dengan mencintai diri sendiri
lebih banyak lagi.
Untuk apa membenci
seseorang yang pernah begitu kita cintai. Kalau saja dengan membenci kita malah
menjadi lebih tidak tenang. Biarlah dia berlalu. Dengan menganggapnya sebagai
kenangan. Semuanya akan menjadi lebih baik. Tidak perlu ada dendam, meski
memaafkan mungkin begitu susah. Lakukan pelan-pelan. Tanamkan pada diri sendiri
bahwa dia hanyalah kenangan. Seseorang yang mungkin lucu untuk ditertawakan.
Hingga suatu hari nanti, tanpa terasa berat lagi, tanpa perlu membenci. Kita
sudah sampai pada titik: ternyata saya sudah tidak mencintainya lagi.
Boy Candra |
05/01/2015
Dan saia memang sudah tidak mencintainya. Kita sepertinya harus mampu bersabar melewati proses-proses.
ReplyDeleteTe.o.pe. Be.ge.te bang
ReplyDeleteTerimakasih, ini menyadaranku.
ReplyDeletebaca blog ini jadi agak tenang..
ReplyDeletethank's ka boy candra
LIKE bang boy 👍👍👍👍
ReplyDeleteBang... gakuattt :(
ReplyDeletegue banget banggg.... :'( nulis blog nya jadi semngat karena terinspirasi dari ini....
ReplyDeleteDan untuk memaafkan, aku membiarkan diri untuk mendewasa pada keadaan. Bahwa benar, pekara melupakan bukan tentang masih atau tidak mencintai namun jauh dari itu. Ini tentang hati yg belajar merelakan. Uda, aku terkulai. Sakit yang begitu dalam.
ReplyDelete