Sekitar dua tahun lalu, saya mengajak beberapa teman
bercerita perihal ayah mereka. Bagi saya sendiri, ayah adalah satu sosok
terpenting dalam hidup saya. Saya mendengarkan belasan teman menjabarkan
bagaimana ayah mereka, atau bagaimana rasa sayang mereka kepada lelaki yang
mereka panggil ayah itu.
Dari obrolan ringan itu, saya mulai menulis perihal-perihal
yang mereka jabarkan. Tentu, sebelum bercerita, saya memang mengatakan kepada
mereka, saya ingin menulis buku untuk ayah. Beberapa orang hanya ingin bercerita,
tidak ingin kisahnya ditulis. Beberapa lagi malah tidak ingin nama mereka
disebut. Tidak ada masalah dengan hal itu. Setiap orang punya rahasianya
sendiri. Namun, saya senang, beberapa orang lainnya mengijinkan saya menulis
kisah mereka.
Draf naskah buku ini sempat saya biarkan terpendam dua tahun
lamanya. Saya tiba-tiba tidak yakin ingin menjadikannya buku. Entah takdir atau
ini memang bagian rencana dari semesta. Tiba-tiba hari itu, salah satu editor
penerbit bukune mengontak saya via WA, namanya bang Edo. Saya pernah mengajukan
satu naskah novel fiksi kepada beliau, namun ditolak setelah berbulan menanti. Bang
Edo meminta saya memperbaiki lagi naskah novel fiksi itu. Tapi belum saya
selesaikan. Hari itu dia (bang Edo) meminta saya mengirimkan naskah buku tentang
ayah yang saya tulis. Saya memang pernah menceritakan perihal naskah ini
sebelumnya.
Saya akhirnya mengirimkan juga, berharap naskah ini memiliki
nasib yang lebih beruntung dari novel fiksi yang pernah saya ajukan sebelumnya.
Semesta berpihak kepada kami. Naskah buku tentang ayah ini diterima. Dengan syarat
direvisi ulang. Saya pikir hanya sedikit yang direvisi. Nyatanya, Ya Tuhaaaan....
saya menghabiskan hampir dua bulan merevisi (Kalau diceritakan bagian ini, singkatnya:
sejauh ini, ini buku yang paling banyak revisinya). Kini, berkat bantuan Bang Edo
dan teman-teman di penerbit bukune, saya yakin untuk menghidangkan buku ini
kepada teman-teman.
Ini tidak sepenuhnya kisah nyata memang. Sebagian saya ubah
demi kepentingan tulisan. Saya hanya ingin mengatakan, cerita-cerita yang saya
tulis di buku yang diberi judul 'Surat Kecil Untuk Ayah' ini sebagian besar
berangkat dari kisah teman-teman saya, -atau beberapa dari kisah saya sendiri.
Satu hal yang pasti. Saya percaya, bagi seorang anak, ayah
tetaplah hal yang penting. Meski beberapa orang mungkin saja memiliki kisah
yang tidak menyenangkan. Namun saya percaya, ada ikatan yang tak pernah bisa
dilepaskan dari diri manusia dengan ayahnya. Ikatan itu disebut rindu. Itulah
alasan yang membuat saya menulis buku ini. Saya selalu merindukan ayah saya, di
mana pun saya berada, meski tak selalu saya sampaikan secara langsung.
Buku "Surat Kecil Untuk Ayah" direncanakan terbit
dan edar sekitar bulan Desember 2015. Diterbitkan oleh penerbit Bukune.
Sekaligus menjadi buku ketujuh saya. Ini adalah buku pertama yang lepas kendali
dari rasa patah hati dan perihal jatuh cinta lainnya. Ini jatuh cinta dan patah
hati yang berbeda.
Selamat menanti Surat Kecil Untuk Ayah.
Salam,
Boy Candra
No comments:
Post a Comment