Sebenarnya hari ini aku
sedang bingung. Tidak tahu harus mengapdet tulisan apa di blog yang aku cintai
ini. Entah karena sudah tiga hari aku kurang tidur (sebab sedang mengerjakan sesuatu
yang sudah mendekati deadline). Jadi
kepalaku agak kurang bisa berpikir seperti biasa. Ataukah ini karena beberapa
hari ini aku memikirkan kamu lebih banyak dari biasanya. Sejujurnya, sejak bertemu
kamu dua hari lalu. Aku semakin rindu akan momen sesaat itu. Ya, hanya momen sesaat.
Kita bahkan bertemu hanya untuk beberapa menit saja. Waktu itu kau ada urusan
mendadak. Dan aku tidak punya kekuatan untuk menahanmu lebih lama.
Jika saja kau tahu. Sejak
mengirimi pesan singkat di pesbuk dari 23 jam lalu. Aku sudah lebih dari 10
kali mengecek inbox pesbukku. Apakah
kau membalas pesanku. Namun nyatanya sampai tulisan ini aku posting. Sama
sekali tidak ada kabar kau sudah membacanya. Sungguh ini lumayan mengaduk-aduk
perasaan. Rindu ini terasa semakin dalam saja. Semakin tidak terkendali. Dan
aku mau tidak mau harus menikmati sendiri. Untuk urusan menikmati rindu sendiri
sebenarnya aku sudah biasa. Ya, aku lelaki yang tidak begitu mudah mengutarakan
perasaan kepada orang yang aku sukai dengan lebih secara langsung.
Semalam (disela-sela
mengerjakan sesuatu yang mendekati deadline)
aku bahkan berpikir ngayal perihal kamu. Aku menuliskan tulisan ini di
pesbukku.
“Suatu
malam nanti, aku ingin mengajakmu menikmati malam yang larut. Mungkin di tepi
laut sambil melihat langit, tiduran. Atau mungkin di puncak gunung –untuk hal
ini aku harus memakai baju berlapis, aku takut udara dingin- menikmati
suara-suara malam. Juga, aku ingin membacakan sajak-sajak yang aku tulis
teruntuk kamu, perihal perasaan-perasaan yang kusembunyikan. Yang mungkin sudah
kau tebak dari sikapku. Perasaan yang akhir-akhir ini senang menggodaku.
Perasaan yang akhir-akhir ini mengajakku berdiskusi. Mungkin ini saatnya untuk
tidak lagi menikmati hidup sendiri.”
Sayangnya kau mungkin
juga tidak membaca pesan di pesbukku itu. Atau kalau kau membacanya, mungkin kau tidak
merasa. Dan memang kau tidak salah. Rindu ini bukan kesalahanmu. Mungkin aku
yang terlalu pengecut untuk mengutarakannya. Namun sungguh, merindukanmu
membuatku uring-uringan. Bahkan sampai saat ingin menyelesaikan tulisan ini.
Kepalaku masih saja memikirkan kamu. Dan sedang berusaha mengumpulkan keberanian. Agar segera
bisa mengatakan semua ini kepadamu. Agar perasaan yang tumbuh tidak lelah.
Hanya karena aku orang yang mencintai dengan payah.
Terlepas dari pada
itu. Hari ini aku belajar satu hal baru. Ternyata deadline dan rindu tak tersampaikan, membuat kepala uring-uringan.
Boy Candra |
28/11/2014
Iyaa rindu yg tak tersampaikan menbuat kepala uring"an -__-"
ReplyDeletei love u penulis.... aku suka susunan abjadnya :D
ReplyDeleteTerkadang rindu juga mengajarkan kita, disaat hati ingin bertemu dengan orang yang kita cintai dan tak tersampaikan, maka rindu berkata, 'bersabarlah'. Rindu memang membuat semuanya berantakan; perkara susah tidur, tak nafsu makan, bahkan bisa emosian karena memendam perasaan menggebu-gebu yang tak pernah ia ketahui.
ReplyDeleteMengintip senja di balik kaca jendela, salah satu caraku menikmati rindu....
ReplyDelete