Thursday, November 20, 2014

Obrolan dan hal sederhana denganmu.



Hari ini tidak begitu buruk. Meski aku ketiduran hampir sepanjang hari. Dan hari berjalan kaki beberapa kilo meter. Karena supir angkutan umum di kota ini pada demo mogok kerja. Aku harus pergi ke sebuah toko, membeli sesuatu yang aku butuhkan. Alhasil aku memilih menikmati apa saja yang bisa aku lakukan. Selama ini aku selalu berusaha untuk tidak mengeluh. Dan hari ini aku juga tidak akan mengeluh. Karena saat tertimpa hal yang kurang menyenangkan, jika dibuat mengeluh, hanya akan menambah beban batin. Karena itu, aku berusaha menikmatinya saja.

Entah angin apa yang membawamu. Kau datang beberapa saat ketika aku hendak berangkat. Dan, aku juga tidak mengerti. Mengapa akhirnya kau memilih ikut berjalan kaki. Padahal, aku tahu betul. Begitu banyak perempuan yang tidak akan bersedia berjalan kaki –jarak yang cukup jauh- di kota ini. Apalagi perempuan zaman sekarang. Setidaknya, itulah yang sering terjadi selama ini. Aku melihat pacar teman-temanku. Yang mengeluh dan harus membuat kekasihnya mengalah.

Sepanjang jalan kita membahas banyak hal. Obrolan-obrolan ringan. Tentang lelaki dan perempuan. Tentang anak lelaki dan anak perempuan. Tentang bagaimana mencintai seseorang saat kita sudah tumbuh dewasa. Sampai kita pada pembahasan, kalau mencintai seseorang, kau juga harus belajar meluluhkan hati orang tuanya. Ah, itu bagian terserius yang kita bicarakan hari ini. Di tengah panas matahari yang jatuh di kota ini.  

Hingga akhirnya, kita berhenti di pinggir muara. Dekat jembatan di sebuah mal besar kota ini. Sungguh, ini bukan perjalanan sepasang kekasih yang biasa kau baca di novel romantis. Bukan juga kencan sepasang kekasih yang menghabiskan kopi puluhan ribu di kafe. Kita hanya duduk di pinggir muara. Melepas letih. Menatap nelayan yang tak sempat ikut demo. Melihat orang-orang memancing. Berbicara banyak hal. Sambil terus menunggu senja. Sesekali kau tersenyum dan bersorak. Matamu melihat burung-burung yang terbang menangkap ikan. Hari ini kota kita tidak seperti biasa. Tidak ada angkutan kota yang mau memuat penumpang. Namun kita masih bisa merasakan bahagia. Meski harus berjalan kaki. Meski hanya menatap kapal-kapal nelayan tanpa ada pelangi.


Boy Candra | 20/11/2014

No comments:

Post a Comment