Kadang aku heran
denganmu. Kenapa kamu terlalu sering mengeluh? Padahal aku mencintaimu tanpa pernah menuntut hal yang aneh. Selain,
hanya ingin kamu –kita, menjadi lebih baik. Bahkan sesekali kau malah menuduhku
tidak bisa mencintaimu. Sungguh, pada setiap kali kau menuduhkan itu, aku
merasa teramat sedih. Bagaimana mungkin aku masih bertahan dengan orang yang
tidak kucintai? Jelas, tuduhanmu tidak tepat. Buktinya aku masih ingin
menemanimu. Masih ingin bersamamu. Aku masih mencintai kamu. Perasaan itu tidak
pernah hilang. Dan terus bertumbuh.
Kau masih terbawa
teori lama yang tak kaucerna. Bahwa cinta butuh penerimaan apa adanya. Iya,
untuk hal itu aku sebenarnya setuju. Sangat setuju. Sebab, memang tidak
seharusnya sepasangan kekasih yang bersama. Tapi diam-diam mereka membenci
kekurangan masing-masing. Tidak bisa menerima. Dan bahkan mungkin ada yang
sampai menceritakan kelemahan pasangan kepada orang lain. Kalau sudah begitu,
buat apalagi bersama?
Untunglah kau hanya
mengeluhkan itu kepadaku. Aku tahu, kau memang perempuan yang tidak begitu
pintar memasak. Itu tidak masalah sebenarnya, karena aku sesekali bisa
membantumu memasak. Dan tentu, jika kau mau, kau akan kuajarkan. Dulu, ibu dan
nenekku sering mengajari aku memasak. Mungkin karena aku anak satu-satunya waktu
itu, meski lelaki, mereka tidak peduli. Memasak bukan lambang dari perempuan,
tapi lambang kemandirian. Namun kadang kau mengeluh, saat ternyata hasil
masakanmu tidak enak. Meski aku akan selalu berusaha memakannya. Tidak ada
masalah, setidaknya masakanmu hanya kurang garam. Kita bisa tambahkan garam
ulang. Aku sudah senang, kau mau belajar memasak.
Aku juga minta maaf
padamu. Kadang aku juga tidak bisa sepenuhnya menjadi seseorang yang selalu
bersamamu. Pekerjaanku kadang memang kujadikan nomor satu dari segalanya.
Apalagi kalau musim deadline. Aku tahu, kadang kau kesal. Namun setidaknya aku
bersyukur, kau masih bisa tenang menghadapiku. Meski sesekali kau mengeluhkan
kekuranganku. Sebenarnya dari lama aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu.
Kesinilah, duduk dekatku.
Begini, cinta: mari
kita terima kelebihan masing-masing. Lalu, berusaha memperbaiki kekurangan
kita. Saling mengingatkan. Saling mengatakan dengan baik, bahwa apa saja yang
belum baik, yang masih kau dan aku lakukan, hendaklah kita perbaiki sama-sama.
Percayalah, cinta. Sesungguhnya, kita tidak perlu menerima kekurangan dengan
tetap membiarkannya menjadi kekurangan. Yang kita butuhkan, adalah memahami
kekurangan masing-masing, lalu sama-sama, dengan sepenuh hati, saling
memperbaiki diri. Agar cinta kita tumbuh menjadi cinta yang lebih baik. Bukan
cinta yang diam di tempat, bukan cinta yang tidak berkembang. Mari kita saling
memahami; bahwa mencinta seseorang, selalu membuat kau dan aku menjadi lebih
baik, dari hari ke hari.
Boy Candra |
08/12/2014
Keren bang.. Inii bru cintaa :)
ReplyDeleteDewasa sekali bang
ReplyDelete