-kepada
Ilfa Marta, sahabatku.
Barangkali
kamu juga mengingat beberapa hal yang terlalu manis untuk dilupakan. Kurang
dari tiga tahun lalu, misalnya. Kita masih menjadi dua orang anak lelaki yang
sibuk dengan draf skripsi. Tak ada bahasan yang menarik selain perkara mengejar
wisuda.
Waktu
ternyata memiliki hal yang abadi untuk menghantarkan kita pada hidup
masing-masing. Kini, Jakarta –kota yang dulu kujadikan tempat menyimpan
mimpiku, justru menjadi 'rumahmu'. Sementara aku masih betah di kota kecil yang
mulai tumbuh ini, atau memang tak begitu baik untuk tumbuh, barangkali.
Entahkan,
dulu, di mataku, Jakarta adalah kota yang seksi untuk didatangi. Menetap dan
menatap berbagai mimpi. Namun, nyatanya, aku tak seberani apa yang kukatakan
tiga tahun lalu kepadamu. Aku masih betah di kota kecil yang jauh ini. Namun,
tetap dengan banyak impian besar yang selalu kujaga.
Bagiku,
kamu tak hanya sekadar sahabat. Lebih dari itu, sebab aku tak punya saudara
lelaki, kamu sudah kuanggap sebagai adik lelakiku. Itulah sebabnya, aku
terkadang suka menasihati/juga mengadu, kepadamu, seperti mengadu kepada
saudara lelakiku sendiri.
Ada
beberapa hal yang tak pernah berubah di kota ini. Organisasi kampus kita
misalnya, masih menjadi ruang yang menyenangkan untuk didatangi. Kamu tahu,
dulu aku pernah patah hati oleh seseorang, yang pada akhirnya menjadi buku
pertama yang kuterbitkan. (masih ingat patah hati terparah, dan kalau dikenang,
betapa menyedihkannya aku waktu itu) haha! Akhirnya, barangkali benar, setelah
patah hati, setelah semuanya terasa pulih lagi, kita akan bisa menertawakan
diri sendiri.
Kapan
pulang ke Padang, IL? ah, aku tahu pertanyaan ini akan kau alihkan dengan
kalimat lain. Namun, sebagai abang, aku tetaplah abang yang merindukanmu.
Banyak hal yang ingin kudiskusikan denganmu. Seperti tiga tahun lalu, tetaplah
menjadi sahabat, adik, yang penuh impian. Kita tahu, ternyata hidup tak semanis
mimpi memang. Tapi, kita akan tetap boleh memiliki impian mencapai banyak hal.
Pelan-pelan saja, tetaplah kejar semua impian yang pernah kamu punya.
Aku,
mungkin tak sesemangat dulu untuk bekerja di Jakarta. Aku tak setangguh dirimu,
menaklukan kemacetan ibukota. Namun, kamu sungguh tahu, aku masihlah sahabat
yang sama, punya banyak impian besar, meski rentan merasa kalah dan kecil
kemudian. Tetaplah menjadi sahabat yang mengingatkan, jika aku lupa, sebab, aku
juga akan mengingatkan jika kamu lupa. Kita, akan tetap tumbuh dengan kesibukan
masing-masing. Mari menikmati masa muda dengan bekerja dan jangan lupa jatuh
cinta.
Omong-omong,
bagaimana rasanya ldr-an Jakarta-Padang? nanti, kalau pulang, kamu harus
mengenalkan perempuan beruntung itu kepadaku. :)
Boy
Candra | 02/02/2016
nice and amazing
ReplyDeleteKritik sarannya kak www.lukadanlupa.blogspot.com gue tunggu kak,gue cuma anak pedalaman desa belajar nulis
ReplyDeleteaku sedih baca ini bang ;(
ReplyDelete