Suatu hari saat duduk
santai di tempat yang biasa aku datangi untuk menulis. Aku didatangi seorang
perempuan. Aku menatap ke arahnya, dia masih cantik seperti dulu. Hanya saja
ada sedikit yang berbeda dari dirinya, matanya terlihat agak sendu. Ada kesedihan
yang tak mampu disamarkan oleh senyumannya yang dipaksakan.
Setelah basa-basi,
akhirnya dia lepas kendali juga. “apa yang kau lakukan jika kau seorang
perempuan namun kau dibohongi kekasihmu berkali-kali?”
Aku berhenti manatap
laptopku. Lalu berusaha tersenyum, “aku tidak ingin menjadi perempuan!” jawabku
sekenanya.
“kenapa?”
“karena perempuan bukan
untuk dibohongi. Jika pun aku menjadi perempuan, aku tidak akan membiarkan lelaki
membohongiku berkali-kali.”
“lalu, jika
kenyataannya kau dibohongi apa yang akan kau lakukan?”
“aku akan pergi
meninggalkannya,”
Kami terdiam. Dia menatap
mataku.
“sama seperti kau
meninggalkan aku dulu, padahal dulu aku tidak membohongimu. Kau lebih percaya
kepada dia. Dan kini kau dibohonginya berkali-kali. Kau tetap saja bertahan
dengannya. Aku tidak mengerti cara berpikirmu.” Aku menggelengkan kepala. Entah
kenapa perasaan dulu yang pernah ada tiba-tiba sesak kembali. Timbul seperti
dendam. Padahal aku sudah berusaha menganggap dia sebagai teman. Sebagai teman
biasa, tidak lebih.
“aku datang meminta
pendapatmu, bukan menjadi orang yang harus kau salahkan,”
“aku tidak
menyalahkanmu,” Aku menurunkan nada suara, “aku hanya merasa sedih. Kenapa kau
masih saja bertanya apa yang harus kau lakukan kepadaku. Sedangkan kau tahu,
dia sudah membohongimu berkali-kali. Harusnya kau tahu apa yang akan kau pilih!”
Kami diam lagi. Lebih
lama.
Dia memang seperti
itu, terlalu lemah menjadi perempuan. Padahal dia tahu, dia sudah dibohongi
dari awal. Namun, aku tidak bisa menyalahkannya. Aku yang mencintainya, juga
tak pernah mampu mengalahkan perasaanku sendiri. Aku masih berbohong kalau aku
tidak lagi mencintainya.
Ada hal yang tidak
dia pahami dari cinta. Dia lupa, dia tidak bisa merubah sikap seseorang, tapi
dia bisa memilih hidup yang lebih baik. Dengan tidak membiarkan dirinya
tersakiti lagi. Karena memang ada saatnya kita harus melepaskan seseorang,
bukan karena tidak mencintainya, namun demi menjaga hati kita sendiri agar
tidak terluka lagi oleh sikap yang sama –orang yang sama.
Boy Candra | 16/10/2014
Ngena banget ni uda' ,, nyessss..
ReplyDelete..Semoga rasa sakit hati dulu diganti dengan rasa bahagia dgn orang yg benar2 menjaga dan menyayangi kita ya uda'..
..Semoga berkah.. Aamiiinnn insyAllah
Briliant point at last sentence boy..aa prnh ngleminx sndri dan rasax nyesek bgt. Stlh mmpu brfkir sprti piint t lh bru ngrsa legaaa n bebaas.... :)
ReplyDelete