Ketika ada
yang ngaitkan tren "om telolet om" dengan misi bla bla, lalu ceramah
panjang lebar. Kadang saat itu aku ingin mengajakmu ke hutan dan tersesat
berdua.
"OM"
panggilan untuk supir bus. "Telolet" bunyi klakson bus. Om Telolet
Om, anak-anak minta dibunyikan klakson, hiburan. Jangan aneh-anehin.
Tren ini
awalnya viral karena kepolosan anak-anak yang nungguin bus, buat minta
dibunyiin klakson. (Segitu sederhananya hiburan bagi mereka, segitu sederhananya
cara bahagia).
Kenapa jadi
besar? Karena banyak yang suka. Banyak yang terhibur. Banyak yang ngomongin.
Banyak yang sebar di media sosial. Bahkan beberapa orang publik figur luar
negeri malah penasaran, dan ikutan bikin twit 'om telolet om". Jadi
semakin viral. Semuanya karena merasa terhibur. Toh, kalau ngomong, om telolet
om, emang lucu dan bikin ketawa.
Trus, aku
bilang "aku telolet padamu". Itu artinya bukan klakson bus lagi
emang. Karena nggak ada bus, makanya aku bilang gitu, biar seru saja (semata
menghibur diri) atau karenaku sayang kamu. gitu. Lebih kurangnya, kumaknai
begitu.
Paling
bentar lagi tren telolet ini juga lenyap. Sama kayak hal-hal viral
sebelum-sebelumnya. Setidaknya dengan fenomena ini. Kita lebih baik
merenungkan. Ternyata banyak dari kita yang kurang hiburan. Atau bosan dengan
acara televisi yang makin basi.
Karena kita
jenuh dengan pemberitaan media belakangan ini. Akhirnya hal-hal receh pun bisa
membuat kita terhibur kembali.
OM TELOLET
OM.
–boycandra