Pelan-pelan saja.
Kita memang tak harus memaksakan segalanya terjadi langsung sempurna. Karena
cinta bukanlah hal yang bisa datang dengan instan. Meski bisa saja ia datang
dengan tiba-tiba, dengan kampretnya mengacak-acak apa-apa yang terkeping selama
ini di dadaku. Sesuatu yang sudah lama tak pernah termiliki, dan kubiarkan suri
tersudut dalam kenangan yang juga kadang tak sopan. Seenaknya lalulalang di
rumah yang bukan tempatnya lagi. Ya, begitulah dia. Tapi kali ini, aku tak
ingin membahas kenangan, sama seperti aku sudah tak ingin merasakan sakitnya
dipermainkannya. Meski ketidakinginanku tak pernah dihiraukannya, kenang tetap
saja terkenang, dengan segala kurang ajarnya, dengan segala baiknya juga.
Kali ini aku ingin
membahas tentang sesuatu yang sebaiknya kusebut kita. Meski kau belum setuju,
tak ada salahnya aku berdoa, semoga kau juga sepakat, bahwa kita memang akan
ada, seharusnya sudah ada. Tapi memang beberapa hal di dunia ini harus
tertunda. Tak mengapa, biar saja semua berjalan pelan-pelan. Lambat pun asal
kau juga sepakat untuk menjadikan kita sepaket, aku akan mengikutimu. Bukankah
memang sudah sebaiknya begitu, saling menggandeng meski jalan harus pelan.
Karena apa-apa yang dikejar berlari dan terburu-buru tak pernah menjadi jaminan
bahwa itu yang terbaik.
Kepada kamu,
bersedialah kiranya menulis seinci demi -dua-tiga- inci kebahagiaan yang akan
kita lalui. Mungkin juga beberapa keping halangan yang tak bisa kupastikan
untuk menghindar. Kita melalui hidup, kau juga tahu hidup tak selalu ramah.
Tapi begini, bila kau mau percaya, segalanya akan terasa lebih mudah jika kita
hadapi bersama. Kenapa aku tak hanya membayangkan bahagia? karena aku ingin
memilikimu dengan cinta yang juga berlogika, agar kau paham aku lelaki yang tak
ingin mencintaimu dengan ribuan bualan saja.
Ku katakan padamu,
tak usah tergesa-gesa, aku juga tak ingin kau meyakini apa yang belum
seharusnya kau amini. Biarlah semuanya berjalan seperti air gunung yang
mengalir ke laut, pelan-pelan menguap menjadi awan, dan akhirnya jatuh kembali
penuh suka cita di atas gunung. Karena semuanya sudah ada suratnya. Yang pergi
menjauh pun akan pulang juga pada akhirnya. Lakukan pelan-pelan saja, akan
kucintai kau lama-lama.
--boy candra.
28-01-2014