Friday, September 11, 2015

Proses Kreatif Novel Sepasang Kekasih Yang Belum Bertemu.







Di era digital saat ini cinta bisa jatuh melalui apa saja. Tak jarang sepasang remaja (bahkan orang dewasa) memilih menginkat komitmen sebagai sepasang kekasih, padahal mereka hanya bertemu di media sosial –belum pernah bertemu di dunia nyata. Fenomena inilah yang awalnya menjadi ide awal ditulisnya draf ‘sepasang kekasih yang belum bertemu’ lebih dari setahun yang lalu.

Draf novel ini melalui perjalanan yang cukup panjang. Sebab, ini adalah naskah yang saya ajukan jauh sebelum buku ‘catatan pendek dan cinta yang panjang’ diajukan, bahkan sudah saya ajukan ke editor saya, sebelum naskah buku ‘senja, hujan, dan cerita yang telah usai’ saya tulis. (Kalau yang belum tahu dua buku yang saya sebutkan, itu dua buku terakhir saya yang diterbitkan).

Proses awal menulis draf ‘sepasang kekasih yang belum bertemu’ ini lumayan lancar. Kebetulan saya menulisnya setelah ‘jalan-jalan’ ke pulau Sikuai –di Sumatra Barat – yang akhirnya menjadi salah satu setting cerita. Namun agak panjang waktu yang dihabiskan untuk masa tunggu. Lebih dari satu tahun. (Jadi penulis harus sabar!)

Di novel ‘sepasang kekasih yang belum bertemu’ semua kisahya adalah kisah fiksi. Meski beberapa nama adalah nama orang-orang yang ada di sekitar saya. Itu pun ditulis menjadi nama tokoh atas permintaan mereka. Dan, mungkin saja kamu akan menemukan hal yang terkesan nyata, tapi sungguh itu hanya fiksi belaka. Saya menuliskannya untuk penguat cerita saja.

Secara keseluruhan cerita yang ada di novel ‘sepasang kekasih yang belum bertemu’ ini adalah cerita yang ringan. Yang tanpa kita sadari, banyak orang mengalami hal yang sama. Kenal di media social, lalu merasa nyaman, dan tumbuhlah perasaan yang sulit dijelaskan. Namun terasa membahagiakan. Meski akhirnya mungkin sebagian menjadi kenangan yang menyakitkan. Tidak mengapa, itu proses pendewasaan.

Bukankah zaman sekarang apa saja menjadi mungkin? Pertanyaan ini sebenarnya saya coba jawab dengan menulis novel ‘sepasang kekasih yang belum bertemu’. Sebab, percaya atau tidak, bagi orang yang percaya akan cinta selalu ada hal-hal yang bisa dinikmati meski terkadang di luar logika kebanyakan orang lain.

Terakhir pada catatan virtual blog tour novel ‘sepasang kekasih’ ini, saya ingin menyampaikan, beberapa tempat yang menjadi setting cerita belum pernah saya datangi sama sekali. Saya hanya mendengar dari teman saya yang tinggal/pernah kesana, juga melihat foto dan video, semisal setting Aceh pada bagian akhir cerita. Jadi, saya hanya menulis dari sudut pandang imajinasi yang saya gabungkan dengan hasil riset saya. Ini juga tantangan untuk diri saya sendiri, sebab untuk menulis suatu tempat, kita bisa mengirim jiwa kita kesana, sebelum menuliskannya. Tanpa harus mengirim raga kita ke sana.

Tidak banyak yang ingin saya sampaikan mengenai proses kreatif penulisan novel ‘sepasang kekasih’, saya lebih suka kalau teman-teman pembaca yang memberi penilaian nantinya. Selamat membaca, semoga terhibur!



Salam,

Boy Candra