Sunday, August 31, 2014

Suatu hari surat ini akan kuberi judul di sebuah petang yang kau sebut kenangan.


Suatu hari kau akan mengerti, dik. Betapa cinta harus diperjuangkan. Agar hidup tak hampa dan hilang dari kebahagiaan. Aku mencintai perempuan itu dik. Bagiku, dia adalah alasan kenapa hidup harus diperjuangkan. Juga kenapa harapan harus diwujudkan. Dengannya aku merasa tenang, dia membuat kepalaku terasa seimbang. Sebab, hidup selama ini adalah layang-layang, aku terombang-ambing, ditarik-ulur oleh keinginan-keinginan yang tidak pasti. Hingga kau pun tak tahu, betapa seringkali lelaki yang lebih tua darimu ini merasa sepi.
Petang hari ini, aku hanya bermaksud meminta pengertianmu, bahwa kau adalah perempuan yang ingin kupinta pendapat bagaimana membuat lelaki ini menjadi kuat. Bukan dilemahkan yang kuharapkan, bukan ditolak pandangan yang kuinginkan. Kelak kau pun akan mengerti betapa pedihnya cinta yang tak bisa kau miliki. Kau juga akan tahu, bahwa memiliki tak perlu menunggu. Lelaki ini hanya ingin, kau memberi harapan, merasa menjadi seseorang yang juga kau inginkan untuk bahagia. Bukan lelaki yang ingin kau tolak bahagianya.
Dik, apakah kau ingin aku memakan hatiku sendiri? Lalu mengubur semua impian yang kutata sepenuh hati. Itukah yang kau mau, hingga kau menolak untuk mengiyakan keinginanku. Aku ingin kau tahu, dik, bagiku dia adalah perempuan yang ingin kutemani sampai tua. Perempuan yang ingin kuhadiahi dengan pelukan-pelukan di kala senja, juga dia yang ingin kutemani berbagi renta. Saat tubuhku tak lagi bisa banyak bergerak, hanya matanya yang akan membuatku tetap berdiri tegak. Dialah kekasih yang akan menemiku kelak. Denganyalah aku ingin melalui apa pun, bagaimana pun hidup kami.
Aku berharap, dik. Jangan menghalangi langkahku. Bukankah kau tahu, betapa pedihnya patah hati di masa lalu. Apa kau tetap ingin aku merasakan hal yang sama? Menikmati luka-luka, sementara kau tahu dia pun mencintaiku sepenuh dada. Dia juga menginginkanku untuk menjadi lelaki yang mengimaminya. Dalam setiap detak jantungku, dalam setiap bait doanya.
Kelak kau pun akan paham, bahwa hidup adalah perihal meninggalkan keluarga. Meski sejauh apa pun pergi, keluarga tak akan pernah tanggal dari dada. Aku paham ketakutanmu, namun kau juga harus belajar memahami. Bahwa hidup adalah perihal berjalan, melangkah, dan menemukan. Aku menemukan dia untuk menemani sesisa usiaku. Bukan berarti aku ingin melupakan rumah tempat kita merasa bahagia.
Pada saatnya, kita harus menjalani hidup sendiri, dik. Bukan berarti aku berhenti mencintaimu, bukan berarti dengan jauh membuatku melupakan rumah kita. Aku hanya ingin membangun rumah kecil di dalam dadanya, perempuan yang kupilih untuk kucinta. Perempuan yang juga akan menjadi bagian dari kau dan aku. Dari apa yang kita punya selama ini. Pahamilah dik, hidupku adalah layang-layang, jangan kau putuskan dan akhirnya aku terbang tak tentu arah. Kau tak akan menemukan aku lagi.
Aku akan terbang jauh, membiarkan diriku dibawa angin. Terbang sejauh mungkin untuk membuat diriku tenang. Hingga waktu memintaku berhenti, dalam dada yang semakin retak, dalam tulang-belulang yang kelak hanya bisa kau kenal sebagai kenangan. Apa cerita seperti itu yang kau mau dik?!

Boy Candra | 31/08/2014


Thursday, August 21, 2014

Pahamilah, ini hanya cara mencintai yang terkadang terkesan egois bila kau tak memahami tujuan kita.




Ini bukan tentang aku yang memintamu melupakan masalalumu. Bukan juga tentang aku yang ingin kamu menjauh dari masalalumu. Namun ini tentang bagaimana kamu harus paham; bahwa adakalanya kehidupan kita yang sekarang tidak perlu lagi mengikut sertakan masalalu. Bukan karena cemburu, bukan karena takut dia merebutmu, tapi karena memang seharusnya kita berjalan ke depan. Bergandeng tangan berdua saja. Aku meninggalkan masalaluku. Dan kamu juga tak perlu membawa dia di antara kita. Aku bisa percaya penuh padamu, mungkin tidak pada dia.

Kau tahu? Masalalu itu ibarat benalu. Saat kita memberinya kesempatan untuk ada –hidup di antara kita. Pelan-pelan dia akan menghisap kebahagiaan kita. Dia akan ikut campur dalam apa yang kita jalani. Sengaja atau pun tidak begitulah pada kenyataannya. Tak usah lupakan, hanya saja biasakanlah diri untuk hidup tanpa dia. Karena sebenarnya orang yang benar-benar melepaskan akan melepaskan seutuhnya. Dan orang yang benar-benar mencintai akan mencintai sepenuhnya.

Biarlah masalalu tetap ada di belakang. Jangan ajak beriringan dengan kita. Biar dia mencari jalannya sendiri. Fokuslah pada kita untuk memperjuangkan apa yang kita cari. Ini bukan perihal aku membenci masalalu, bukan juga perihal menunjukan keegoanku. Hanya menjagamu dan menjaga aku dari masalah yang mungkin saja bisa terjadi. Kita akan dihadapkan oleh banyak tantangan, dan seharusnya itu tantangan yang ada di depan. Bukan tantangan dari masalalu yang sengaja kita beri kesempatan untuk berdampingan dengan kita.

Bukan untuk menutup diri. Hanya saja. Kau dan aku sudah sepakat untuk menuju masa depan. Tolong pahami; ini bukan cara memaksakan hati, juga bukan cara untuk membatasimu. Ini hanyalah usaha untuk membuat kita menjadi lebih paham. Bahwa banyak hal yang jadi masalah adalah hal yang sengaja kita biarkan hidup dengan hidup kita. Hal yang kita anggap sepele, namun bisa merusak seisi dada.

Biarlah yang sudah tertinggal tetap tanggal. Agar hatimu dan hatiku tetap tunggal. Agar apa yang kita impikan bisa kita wujudkan. Agar apa yang kita jalani bisa kita nikmati. Jangan biarkan hal yang tidak seharusnya merusak bahagia yang ada. Bukankah kebahagiaan kita yang harus kita perjuangkan? Jika memang tak ada tujuan yang beda di antara kita.

Boy Candra | 21/08/20114



Wednesday, August 20, 2014

Buku Setelah Hujan Reda

Saya deg-degan! Seperti buku sebelumnya,  Origami Hati.  Bagi saya, menerbitkan buku baru  rasanya seperti ciuman pertama. Ini adalah buku kedua, sekaligus kumpulan cerita pertama saya. Ada banyak cinta yang saya tanam di buku ini. Begitu pun rasa sakit yang seolah tak bisa lepas dari apa yang saya tulis. Tak banyak yang ingin saya sampaikan, selain saya ingin buku setelah hujan reda ini sampai segera ke tangan kalian. Agar cinta terasa teduh, agar hati kembali utuh. 
Sinopsis:
Hujan pernah merebut seseorang dariku. Ia merampas kebahagiaan yang tumbuh di dadaku. Ia memaksa aku menjadi sendiri.
Hujan juga pernah membuat janji kepadaku. Ia tak akan jatuh lagi di mataku. Tapi ia berdusta, ia meninggalkan aku tanpa permisi.
Saat aku merasa hujan hanya datang untuk menyakiti, kamu hadir. Mengajarkan aku bahwa Tuhan tak menciptakan hujan untuk bersedih, tapi Ia menyiapkan hujan untuk merasa kita pulih.
Aku sadar, terkadang orang yang kita cintai diciptakan Tuhan bukan untuk dimiliki, tapi aku ingin Tuhan menciptakanmu untuk memilikiku.



Judul      : Setelah Hujan Reda
Penulis   : Boy Candra
Penerbit  : Penerbit mediakita 
Terbit      : 8 September 2014

 Selamat berburu hujan!

Salam, 

Boy Candra. 

Monday, August 18, 2014

Bukan denganmu saja aku bisa bahagia.



Di senja yang membawamu pergi; aku pernah menitipkan doa pada angin, agar kau tak pernah tahu jalan pulang. Genggamlah dia yang kau anggap pemenang. Biar kubasuh luka agar tak kau buat berulang. Bagiku pilihanmu adalah hal terberat. Meski aku tidak bisa melarang apa pun. Dia yang kau puja memang sudah sebaiknya kau jaga. Biarlah aku yang memilih melupa, menghapusmu bersama luka-luka.

Pada saat itu kau adalah orang yang kucintai sepenuh hati. Namun pada sesuatu yang bernama pergi kau menyerahkan takdirku. Kau lupakan, kau lukakan aku. Hingga aku harus menyadari kau tak sepenuhnya pantas dicintai. Barangkali kau memang bukan takdir yang kucari.

Ada saatnya kau harus tahu. Bukan denganmu saja hidup bisa bahagia. Kelak akan ada angin-angin mesra yang memelukku dengan tubuh lain. Yang membuatku lupa, kau pernah kucintai sedalam ini. Percayalah, lukamu tak sepedih itu. Percayalah masih ada pelukan yang melupakan kesakitan yang kau derakan. Karena Tuhan tak pernah sia-sia dalam menciptakan rasa pada dada manusia.

Kita pernah sama-sama ingin berpetualang dalam rindu. Namun kehilangan merebutmu dariku. Dalam sisa-sisa sendu. Aku menaruh harap. Bukan untuk memintamu kembali. Tak lain agar kau tidak mengingatkan luka. Karena sungguh, aku pun ingin mencintai manusia lain. Melebihi cinta yang pernah kuberi kepadamu. Agar apa yang pernah kau buat luka segera dapat kubuat lupa.


Boy Candra | 18/08/2014

Monday, August 11, 2014

Kita harus percaya.



Aku hanya ingin memercayaimu sepenuhnya, karena menjalani cinta meragu itu memilukan. Aku tidak ingin kita begitu. Untuk apa kita tetap bersikeras bersama kalau nyatanya kita masih saling meragukan apa yang kita rasakan. Sebab itu, aku memilih percaya kepadamu sepenuhnya, karena hatiku pun sudah memilih menetap hanya di kamu seutuhnya.

Kita adalah sepasang sayap yang berusaha terbang tinggi. Mengalahkan angin-angin yang bisa saja menjauhkan kita kapan pun dari semua yang kita ingin. Dan kita harus tetap saling menguatkan untuk melewati semua itu. Saat kau lemah, akulah yang akan selalu memapahmu. Saat aku kelelahan, percayamulah yang akan selalu menguatkanku. Kita harus tetap percaya, ada kebahagiaan yang sama-sama kita inginkan. Karena itu kita akan tetap terbang bersama, menghadapi apa saja yang akan menghadang kita.

Bukankah kita tahu; bahwa cinta-cinta dijatuhkan Tuhan di dada kita hanya untuk membuat kita saling setia dan menjaga. Karena itulah percaya sepenuhnya itu memang selayaknya kita pegang. Agar rindu-rindu tak hilang, agar resah-resah tidak membuat kita merasa bimbang. Agar dua hati yang ada di dadamu dan dadaku tetap merasa tenang.

Apa pun itu akan bisa kita lewati. Saat kita tidak mengingkari apa yang telah kita sepakati. Mungkin akan ada batu-batu terjal yang akan kita harus langkahi. Namun tanganku diciptakan untuk menggenggam tanganmu. Matamu diciptakan untuk melihat betapa aku mencintaimu, pun sebaliknya. Bahkan saat batu-batu terjal melukai kaki kita, kita harus tetap melangkah. Karena kita akan selalu percaya; kita diciptakan untuk selalu bersama. Bukan untuk dikalahkan oleh ragu, tapi untuk memperjuangkan apa yang membuat kita merindu.

Kau percaya aku milikmu, aku percaya kau untukku.



Boy Candra | 11/08/2014

Thursday, August 7, 2014

Cinta adalah kesempatan



Barangkali memang benar begitu. Kita hanyalah luka-luka di masa silam yang tengah mencoba mencari cara untuk lupa dalam diam. Kau yang pernah memuja dan memuji rindu kini tak lebih hanya kenangan yang larut dan ku biarkan berlalu. Bukan karena cinta dilukai lantas benci merajai, tapi karena memang sudah semestinya yang pergi dilepaskan sepenuh hati. Bagiku, kau hanyalah kenangan yang tak lagi ku harapkan pulang.

Sudah semestinya kita berkemas. Meninggalkan taman-taman yang selalu datang saat senja, bersama kenangan dia memeluk manja. Semua yang indah dulu, hanyalah kisah yang pernah ada. Hari ini dia sudah tak bernyawa. Aku tidak ingin menyalahkanmu perihal ini. Mungkin akulah yang salah kenapa semuanya berakhir patah. Namun, sudahlah. Jangan kau ungkit lagi rasa-rasa yang tak mungkin bangkit kembali.

Carilah rindu-rindu yang lain. Jika pun katamu akulah yang kau butuhkan. Namun pada nyatanya saat aku selalu ada, kau selalu merapuhkan. Inginmu yang selalu tinggi, pintamu yang selalu harus kupenuhi. Kau bahkan lupa bahwa cinta adalah sepakat, bukan hanya kau saja yang harus ku dengar. Belajarlah untuk mengerti mencintai itu menggunakan hati bukan sekedar bersikeras emosi.

Mungkin ada satu hal yang harus kau ingat; cinta adalah kesempatan. Mencintai adalah merawat ingatan, agar tak luka, agar tak lupa. Pada hati kau akan tetap setia. Belajar mencari kata seiya. Belajar mengerti bahwa ingin kita tak selalu sama, dan selalu belajar bagaimana kita mencari keputusan berdua. Namun, semua itu sudah kau sia-siakan. Kau diberi kesempatan namun kau seperti orang yang tak butuh aku. Lantas, apakah kini aku harus memberimu kesempatan lagi? Di saat yang sama ada seseorang yang sudah membangun rumah di hatiku setelah kau pergi.

Maaf, aku hanya ingin mencintai dia. Orang yang paham, bahwa cinta itu berdua.



Boy Candra | 07/08/2014