Wednesday, December 31, 2014

Tidak ada yang bisa dipaksakan.



Ada banyak hal di dunia ini yang selalu menjadi misteri. Barangkali, itulah cara Pencipta membuat dunia menjadi lebih menarik. Hal-hal yang kadang tidak pernah bisa ditebak. Ada juga hal-hal yang awalnya begitu menyenangkan, namun berakhir begitu menyakitkan. Perpisahan dan patah hati, misalnya. Pengkhiatan dan pengingkaran janji, contoh lainnya. Hal-hal seperti ini akan selalu dekat dengan manusia. Begitulah, hati dan perasaaan diciptakan. Ia memang ditakdirkan jatuh dan merasakan. Semua hal itu, sesungguhnya hanya bagian dari begitu banyak cara Pencipta memberi pemahaman.

Kau dan aku tidak pernah tahu. Apa yang akan terjadi esok. Apa yang akan terjadi sore nanti, malam nanti, bahkan satu detik setelah membaca tulisan ini. Begitu banyak kemungkinan. Bisa kabar baik, bisa jadi kabar yang membuat kita merasa kecewa. Sedih. Tidak jarang, seseorang yang paginya ceria. Sore hari sudah murung dan merasa hidup seolah tidak berguna. Bisa jadi yang kemarin baru saja menyatakan cinta. Pagi ini semuanya terasa hambar dan hampa. Ternyata yang dikatakan cinta bukanlah cinta. Hanya rasa penasaran saja. Alasan, terkadang cinta memang butuh diuji waktu yang lama sebelum menerima.

Pada hal yang lain, ada yang kemarin bersikeras tidak butuh. Pagi ini perasaan rindu mulai tumbuh. Perasaan sayang mulai datang. Tiba-tiba takut merasakan kehilangan. Tidak ada yang salah dengan semua itu. Perasaan memang diciptakan dengan cara kerja yang unik. Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi. Hanya saja, satu yang bisa dilakukan, saat perasaan baik itu datang: jagalah. Hanya dengan menjaga, yang tumbuh akan terus utuh. Yang terasa akan tetap ada. Cinta tetaplah cinta. Kadang membuat kita begitu bahagia. Namun, tak jarang menghadirkan perih yang tidak terkira.

Hal lain yang harus dipahami adalah tentang bagaimana perasaan itu bertahan. Tidak ada yang abadi memang. Alasan kenapa kita harus belajar tidak berlebihan. Sebab, apa pun yang berlebihan seringkali menimbulkan hal yang tidak menyenangkan secara berlebihan pula. Berlebihan sayang bisa saja akhirnya berlebihan pula sakitnya. Saat semua kenyataan tiba-tiba saja berbalik. Sebab, segala yang dimulai pada akhirnya selalu minta diselesaikan. Mau tidak mau, siap tidak siap. Yang ingin berakhir akan tetap berakhir. Begitu banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dipaksakan untuk tetap sama. Begitu pula, yang ingin pergi biarlah pergi. Pada saatnya tidak ada satu orang pun bisa mengelak dari perpisahan. Tidak ada gunanya memaksakan harapan untuk tetap tinggal pada sesuatu yang ingin tanggal.

Boy Candra | 31/12/2014   



Friday, December 19, 2014

Saat Bersungguh-sungguh Mencintai.



Perasaan adalah hal yang sangat mungkin berubah dengan cepat. Bisa saja, pagi hari kau begitu sayang pada seseorang, malamnya sudah berubah benci. Namun, perasaan cinta yang  kuat tidak begitu. Ia akan tetap terasa meski berkali-kali hari berganti. Ia akan tetap menjadi hal yang kau inginkan pulang. Meski berkali-kali kau ditinggal pergi. Meski perasaan itu dibunuh olehnya yang kaucintai. Yang namanya perasaan akan tetap menjadi perasaan. Cinta tetaplah cinta. Dalam hal perkara hati, sedih dan bahagia hanyalah suasana. Tidak akan ada yang mampu mengubah apa-apa yang belum seharusnya berubah.

Terkadang seseorang butuh diyakinkan. Bukan karena cintanya begitu tinggi untuk kaugapai. Namun setiap orang punya sisi yang membuatnya tidak mudah lagi percaya. Ia tak mudah lagi menerima orang baru dalam hidupnya. Sebab, terkadang begitu banyak orang baru yang datang. Hanya datang dengan perasaan yang sisa-sisa dan berakhir membuang. Orang-orang yang seperti ini selalu hati-hati untuk hal baru. Ia butuh diyakinkan dengan lebih. Dan itu hal yang wajar saja.

Lalu apakah cinta memang harus meyakinkan? Iya, tentu. Mencintai adalah perkara meyakinkan. Hal yang harus kautunjukan padanya dengan perbuatan. Meyakinkan kau mencintainya bukan berarti kau memaksakan dia tahu kau mencintainya. Tugasmu adalah menjadikan dirimu sebagai makluk yang jatuh cinta dengan layak. Meski untuk hal jatuh cinta yang layak ini susah diterapkan. Begitu banyak orang yang jatuh cinta suka berlebihan. Ya, cinta terkadang memang membuat hal-hal terlihat berlebihan. Itu yang harus dikendalikan.   

Bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh, mencintai berarti harus memiliki. Namun tidak semua orang yang bersungguh-sungguh paham. Bahwa mencintai berarti harus memiliki dengan cara tidak memaksakan hati. Kalau memang cinta, tunjukan saja dengan perbuatan. Lakukanlah sepanjang kau bisa. Kalau pada akhirnya apa yang kaulakukan tidak juga membuatnya peduli. Barangkali dia memang bukan cinta sejatimu. Namun, jika dia memang cinta yang dijanjikan Tuhan untukmu. Akan ada-ada saja jalan yang mempertemukan nanti. Meski kadang, butuh waktu yang begitu lama.


Boy Candra | 19/12/2014

Monday, December 15, 2014

Urusan Perasaan.



Perasaan seseorang kadang lebih sulit dimengerti dari pada apa pun. Bisa saja, pada suatu ketika dia seperti memberimu harapan. Namun  pada waktu lain dia seolah tidak tertarik padamu sama sekali. Tidak ada yang salah dengan semua itu. Namanya juga perasaan, tidak ada perasaan yang statis. Bisa saja berubah seketika. Bisa saja berbalik arah. Begitulah perasaan diciptakan. Terjadi begitu saja, kadang mengikuti momen. Kadang sama sekali tidak bisa ditebak. Karena itu janganlah menebak-nebak perasaan dia kepadamu.

Banyak orang patah hati di dunia ini bukan hanya karena cinta tidak terbalas. Namun dia dihukum oleh tebakannya sendiri. Menebak seolah seseorang itu sayang kepadamu. Padahal dia memang orang yang baik kesemua orang. Kalau sudah begini. Siapa yang akan disalahkan? Juga tidak ada yang bisa disesalkan. Oleh sebab itu, janganlah menebak-nebak untuk urusan perasaan. Bertanyalah langsung. Atau kalau tidak berani. Setidaknya jangan menebak-nebak apa yang ada di dada dan kepalanya.

Urusan perasaan kadang memang  begitu rumit. Sebenarnya bukan perasaan  yang rumit. Namun kau dan pikiranmu yang membuat rumit. Kau membuat semuanya menjadi  teka-teki. Kau ajukan pertanyaan kepada dirimu sendiri. Padahal yang kau harapkan adalah jawaban atas perasaan yang dia rasakan. Mana mungkin bertemu jawaban yang sebenarnya.

Sebab itu, janganlah terlalu sering menerka-nerka. Kadang kau akan merasa sangat kecewa. Kalau nyatanya apa yang kau lihat bukan hal yang sebenarnya. Jika kau tidak berani menanyakan perasaannya. Setidaknya cukup kendalikan perasaanmu. Karena urusan perasaan adalah urusan serius. Kalau kau tidak mampu mengendalikannya, kau bisa saja dihancurkan perasaanmu sendiri. Kalau sudah bisa mengendalikan perasaanmu, semuanya akan berjalan baik-baik saja. Untuk urusan perasaan dia, biarlah begitu saja. Kalau kau memang tak sanggup bertanya kepadanya. Percayalah, suatu hari nanti dia akan menyatakan kepadamu, atau waktu akan menghapus perasaanmu padanya.


Boy Candra | 15/12/2014

Monday, December 8, 2014

Mencintai membuat kita lebih baik dari hari ke hari.


Kadang aku heran denganmu. Kenapa kamu terlalu sering mengeluh? Padahal aku mencintaimu  tanpa pernah menuntut hal yang aneh. Selain, hanya ingin kamu –kita, menjadi lebih baik. Bahkan sesekali kau malah menuduhku tidak bisa mencintaimu. Sungguh, pada setiap kali kau menuduhkan itu, aku merasa teramat sedih. Bagaimana mungkin aku masih bertahan dengan orang yang tidak kucintai? Jelas, tuduhanmu tidak tepat. Buktinya aku masih ingin menemanimu. Masih ingin bersamamu. Aku masih mencintai kamu. Perasaan itu tidak pernah hilang. Dan terus bertumbuh.

Kau masih terbawa teori lama yang tak kaucerna. Bahwa cinta butuh penerimaan apa adanya. Iya, untuk hal itu aku sebenarnya setuju. Sangat setuju. Sebab, memang tidak seharusnya sepasangan kekasih yang bersama. Tapi diam-diam mereka membenci kekurangan masing-masing. Tidak bisa menerima. Dan bahkan mungkin ada yang sampai menceritakan kelemahan pasangan kepada orang lain. Kalau sudah begitu, buat apalagi bersama?

Untunglah kau hanya mengeluhkan itu kepadaku. Aku tahu, kau memang perempuan yang tidak begitu pintar memasak. Itu tidak masalah sebenarnya, karena aku sesekali bisa membantumu memasak. Dan tentu, jika kau mau, kau akan kuajarkan. Dulu, ibu dan nenekku sering mengajari aku memasak. Mungkin karena aku anak satu-satunya waktu itu, meski lelaki, mereka tidak peduli. Memasak bukan lambang dari perempuan, tapi lambang kemandirian. Namun kadang kau mengeluh, saat ternyata hasil masakanmu tidak enak. Meski aku akan selalu berusaha memakannya. Tidak ada masalah, setidaknya masakanmu hanya kurang garam. Kita bisa tambahkan garam ulang. Aku sudah senang, kau mau belajar memasak.

Aku juga minta maaf padamu. Kadang aku juga tidak bisa sepenuhnya menjadi seseorang yang selalu bersamamu. Pekerjaanku kadang memang kujadikan nomor satu dari segalanya. Apalagi kalau musim deadline. Aku tahu, kadang kau kesal. Namun setidaknya aku bersyukur, kau masih bisa tenang menghadapiku. Meski sesekali kau mengeluhkan kekuranganku. Sebenarnya dari lama aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu. Kesinilah, duduk dekatku.

Begini, cinta: mari kita terima kelebihan masing-masing. Lalu, berusaha memperbaiki kekurangan kita. Saling mengingatkan. Saling mengatakan dengan baik, bahwa apa saja yang belum baik, yang masih kau dan aku lakukan, hendaklah kita perbaiki sama-sama. Percayalah, cinta. Sesungguhnya, kita tidak perlu menerima kekurangan dengan tetap membiarkannya menjadi kekurangan. Yang kita butuhkan, adalah memahami kekurangan masing-masing, lalu sama-sama, dengan sepenuh hati, saling memperbaiki diri. Agar cinta kita tumbuh menjadi cinta yang lebih baik. Bukan cinta yang diam di tempat, bukan cinta yang tidak berkembang. Mari kita saling memahami; bahwa mencinta seseorang, selalu membuat kau dan aku menjadi lebih baik, dari hari ke hari.


Boy Candra | 08/12/2014

Friday, December 5, 2014

Dalam diam dan kakunya sikapku.



Aku dan dia hanyalah dua orang yang saling diam.  Meski kami satu organisasi di kampus. Namun, sungguh, saat bersamanya, aku sama sekali tidak berani menatap matanya. Jangankan menatap matanya, mengajaknya bicara saja, rasanya aku harus mengumpulkan keberanian. Entah kenapa aku tiba-tiba merasa kaku. Aku menjadi orang yang tidak tahu harus bicara apa kepadanya. Anehnya, saat  beberapa hari tidak bertemu. Ada sesuatu di dadaku. Aku merindukannya. Aku ingin bertemu dengannya.

Diam-diam aku sering menunggu dia di sekretariat organisasi kami. Tidak akan ada yang curiga memang. Karena aku memang setiap hari kesana. Dia biasanya juga sering datang ke tempat yang sama. Namun tidak sesering aku datang, memang. Dia memiliki kegiatan lain di luar kampus. Saat-saat seperti ini, aku menunggu dia yang belum jelas kedatanganya. Dan kadang malah tidak datang sama sekali. Karena menjalani kegiatan yang lain. Namun entah kenapa aku tetap saja menunggu. Diam-diam aku selalu berharap dia datang setiap hari.

Hari berlalu, berminggu, berbulan-bulan sudah aku melakukan hal yang sama. Menunggu dia datang. Saat dia datang. Aku merasa senang. Hampir tidak pernah ada percakapan serius di antara kami. Dia sibuk bicara dengan teman-temannya yang lain. Sedangkan aku sibuk menikmati semua yang berkembang di pikiranku. Sibuk menenangkan pertanyaan-pertanyaan yang semakin hari semakin kuat. Sampai kapan aku akan menjadi seperti ini? Orang yang hanya mampu mengagumi diam-diam. Tanpa pernah sanggup mengumpulkan keberanian untuk sekedar mengatakan sesuatu.

Hingga suatu sore, dengan segenap usaha memusatkan pikiran. Menenangkan hati. Aku mengumpulkan keberanian untuk menyapanya. Dan kau tahu apa yang terjadi? Ya Tuhan, dia hanya tersenyum. Lalu berkata beberapa patah kata. Sungguh itu sudah membuatku merasa bahagia. Meski setelah itu, aku segera pergi meninggalkannya. Aku takut terlihat semakin kaku. Aku takut tidak bisa mengendalikan diriku sendiri. Akhirnya aku pergi. Kejadian itu berlangsung terus menerus. Lama sekali.

Beruntung, waktu bisa sedikit menenangkan hati. Kini aku dan dia tidak hanya sekedar diam saat bertemu. Aku selalu berusaha menampilkan senyuman termanisku. Sesekali aku juga sudah berani mengajak dia chat di facebook, atau sesekali aku mengirimi pesan lewat BBM. Seminggu lalu aku memberanikan diri meminta pin BB miliknya. Jika perasaan ini adalah ukuran ketabahan, aku adalah orang yang paling tabah mencintainya dalam diam dan dinginnya sikapku selama ini.


Boy Candra | 05/12/2014

Tuesday, December 2, 2014

Terkadang Cinta Butuh Waktu Lebih.


                                                        
Beberapa orang butuh keberanian yang lebih untuk menyatakan perasaan. Butuh berhari-hari meyakinkan diri. Bahkan mungkin ada yang berbulan-bulan. Bertahun-tahun. Sebab, menyatakan perasaan memang bukanlah hal yang mudah bagi sebagian orang. Meski bagi beberapa orang yang mungkin sudah biasa, akan menjadi biasa saja. Bagi mereka yang butuh keberanian, dan terus berusaha mengumpulkan keberanian. Ada hal lain yang harusnya juga tidak dilupakan. Karena beberapa hal memang tidak selalu sesuai dengan apa yang direncanakan. Ada kemungkinan-kemungkinan yang tidak bisa dihindari.

Ritual menyatakan perasaan selalu dihadapkan pada tiga perwujudan. Ditolak atau diterima, bisa juga digantung –diminta menunggu. Tidak ada yang paling jelek memang diantara ketiganya. Namun satu yang pasti, apa pun yang kaualami tetap kau harus menikmati. Tetap harus melakukan hal terbaik. Semisal ditolak, kau tetap harus berusaha membiasakan diri. Dan belajar memahami. Tidak semua keinginan bisa diwujudkan memang. Atau mungkin itu cara lain Tuhan, untuk mengatakan kau belum secinta itu kepadanya. Bisa jadi, pertanda lain: sebenarnya kau tidak membutuhkannya.

Jikalau kau diterima. Kau tetap harus berusaha lebih. Mencintai lagi dan lagi. Sebab diakui atau tidak cinta memang selalu butuh diperjuangkan. Meski tidak harus membuatmu memaksakan hal yang tidak pernah bisa kau paksakan. Namun kau harus menjadi lebih baik. Cinta yang baik selalu mengarahkanmu menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.  Cinta yang baik membuatmu berjuang untuk kau dan dia. Bukan memperjuangkan dia saja, atau dirimu saja. Semuanya menjadi seimbang. Sebab, itulah kau harus jatuh cinta. Kau butuh seseorang yang bisa mengimbangimu. Agar kau tidak jatuh sia-sia. Agar dia tidak rapuh dan menderita.

Juga pada kenyataan kau digantung –diminta menunggu. Ini bukan jawaban yang buruk. Hanya saja memang tidak semua orang bisa bersabar. Tidak semua orang bisa memahami bahwa perasaan butuh waktu. Meski jatuh cinta tidak butuh waktu. Namun menjalin hubungan tentu sebaiknya tidak dicoba-coba. Saat diminta menunggu. Barangkali cinta mengajarkan kamu untuk menjadi lebih sabar lagi. Bahwa tidak semua perasaan bisa dibalas pada waktu yang kauharapkan. Kau harus memahami: bahwa banyak sekali di dunia ini orang yang butuh waktu lebih untuk memilih. Barangkali dia memang butuh lebih untuk memilih seseorang yang lebih. Bersabar saja. Jika kau memang yang terbaik untuknya, waktu tidak akan pernah sia-sia. Pun jika pada akhirnya, dia tidak menerimamu. Setidaknya kau tahu. Bahwa beberapa cinta selain butuh waktu, juga dimiliki orang-orang peragu.


Boy Candra | 02/12/2014