Thursday, January 19, 2017

Tidak Mudah Memang




Tidak mudah memang melupakanmu. Namun, apalah artinya bertahan dalam perasaan yang membuatku semakin tidak karuan. Apalah artinya menjaga harapan yang hanya melahirkan sesak demi sesak kemudian. 

Tidak mudah memang melupakanmu. Seseorang yang pernah kukenal dengan perasaan terdalam. Orang yang dulu begitu baik, namun nyatanya melukai kemudian. Bagimana mungkin aku tiba-tiba menghilangkanmu dari ingatan? Sama sekali bukan hal sederhana.

Tapi, segala hal yang sudah berakhirnya. Memang selayaknya ditinggal. Meski membawa luka yang membekas di hati akan membuat perasaan tersakiti berkali-kali. Hanya saja, barangkali patah di hati adalah bagian hidup yang memang wajar dijalani.

Aku hanya ingin pindah. Meski merangkak sedikit demi sedikit. Meski melangkahkan kaki berakit-rakit. Ada baiknya kamu membantu usaha melupakanmu, dengan tidak lagi menemuiku sementara waktu.

Melupakan seseorang yang terus saja memaksa bersama, susahnya berakali-kali lipat. Saat kamu memilih mengakhiri segalanya. Tolonglah dengan pengertian, beri aku ruang untuk memulihkan segala luka. Perasaan sedih yang harus kutanggung sendiri. Luka yang harus kupulihkan sendiri.

Jangan datang lagi mengisi hari-hari. Setidaknya sampai semua perasaan ini benar-benar biasa saja kembali. Kamu sudah memutuskan hal yang kujaga dengan sungguh. Bukankah lebih baik kamu menjaga jarak dulu, agar perasaan terluka ini kembali utuh.
Boy candra | 19/1/2017

Thursday, January 12, 2017

Teruntuk Teman Baik



Hari berlalu, kamu semakin jauh saja. Jarak merentang tak terkira. Kesibukan mulai membunuh kata-kata, suara, dan rencana. Apa kabar janji-janji bersama dulu? Kebersamaan ternyata tidak seindah masa-masa remaja. Usia dan pekerjaan merebut hidup kita. Semua menjadi hal-hal yang harus diselesaikan. Lalu kita dipaksa mengabaikan.

Sudahkah kamu menemui dirimu sendiri? Ada banyak orang yang kehilangan diri mereka sendiri. Sebab terlalu sibuk bekerja sepanjang hari. Cukup aku yang jauh darimu. Jangan sampai kamu kehilangan dirimu sebab tidak bisa membagi waktu. Biarlah rindu-rindu yang menyiksa kita. Jangan asing dengan semua yang kamu punya.

Teman baikku, yang kini sibuk mengejar impian dan hidup yang lebih mapan. Jangan lupa, bahagia kadang datang dari hal-hal sederhana. Nanti kalau sudah punya waktu senggang, jangan lupa berkabar meski melalui pesan. Rindu kadang membuat kita ingin saling sapa, lalu abai sebab merasa asing di kepala. Jangan lama-lama begitu, jarak dan waktu yang membelenggu sudah terlalu menjauhkanmu dari diriku.

Pulanglah menemui dirimu yang tersisa dalam diriku. Temui rencana dan suara-suara keras yang kita miliki dulu. Bekerja sepenuh hati itu perlu, namun hidup tidak semata begitu. Jangan lupa, ada bagian-bagian di luar dari dirimu yang selalu menunggu. Bagian-bagian yang sabar memeluk rindu. Bagian dari dirimu yang masih kujaga dalam diriku.

Boy Candra | 12/1/2017

Saturday, January 7, 2017

Menulis dan Menerbitkan Karya

Kalau apa yang kamu tulis, tidak ada yang mau menerbitkan. Menulis sajalah terus. Berlatihlah terus. Konsep menulis sesungguhnya hanyalah kegiatan menulis saja. Urusan menerbitkan karya adalah tahap yang lain. Jika hari ini tidak ada satu media koran, majalah, penerbit, atau apa pun yang bersedia menerbitkan karyamu. Terus sajalah menulis. Jika kamu memang cinta akan kegiatan itu. Latih terus kemampuan menulismu. Kumpulkan terus hasil tulisanmu. Sesungguhnya, tulisan yang selesai ditulis adalah 'tabungan', biarlah dia terkumpul lebih dulu. 

 Jangan cepat menyerah. Percayalah, setiap tulisan, sama seperti manusia, sudah ada jodohnya. Setiap naskah, pun begitu, akan selalu ada pembacanya. Hanya saja, ada manusia yang harus berbenah diri dulu baru menemukan jodohnya. Sama seperti naskah, ada yang harus diperbaiki dulu baru ada jodohnya, baru ada media yang menerbitkannya. 

 Dan, sesungguhnya, di era digital menerbitkan tulisan tidak sesulit zaman dulu. Ada banyak sekali media sosial, blog, website, dan semacamnya yang bisa kamu gunakan menerbitkan karyamu. Bahkan, kamu bisa menerbitkan tulisanmu setiap hari, jika mampu menulis setiap jam, bahkan lebih cepat dari itu, kamu bisa menerbitkan di media sosial. Lihatlah, banyak sekali penulis yang tumbuh bermula dari gerakan gerilya di media sosial. 

Jangan cepat patah semangat saat naskah dan tulisanmu ditolak penerbit. Bacalah kisah-kisah penulis besar di dunia, ada banyak sekali artikel semacam itu di internet, mereka tidak lantas seperti sekarang yang kita lihat saja. Ada yang bahkan ditolak puluhan kali. Tapi mereka tidak pernah mundur dan berhenti. Mereka terus maju. 

Menjadi penulis bukan sekadar untuk terlihat keren. Dan diterbitkan karya, lantas terkenal dengan cepat begitu saja. Menjadi penulis adalah proses panjang ---yang harus belajar seumur hidup. Jika hari ini kamu masih mendapat penolakan, tetaplah maju. Jika memang kamu mencintai kegiatan menulis. Jangan lupa manfaatkan media sosial. 

Hari ini, media sosial sudah sangat gampang dikelola. Dan secara nyata, kamu sudah punya media sendiri untuk memperkenalkan tulisan-tulisanmu. Tetaplah tekun, jika niatmu memang untuk menjadi penulis adalah niat yang sungguh-sungguh, seharusnya kamu adalah orang yang tangguh. Maju terus. Menulis terus. Hingga nanti kamu yang dicari-cari, tulisanmu yang dinanti-nanti. 

Semangat, teman-temanku yang awal tahun mulai menulis. 


Salam dari temanmu. 
Boy Candra, penulis muda Indonesia 
penulis pemula Indonesia.