Monday, September 30, 2013

Begini Logikanya.




begini logikanya;
-          aku akan menunggu hingga kau benar-benar siap. jika kau tak juga siap, mungkin aku yang akhirnya bersiap pergi.

-          aku akan tetap mencintaimu, meski kau belum balas mencintaiku. ya, begitulah, setidaknya, hingga aku lelah.

-          aku tak percaya cinta tak harus memiliki. hanya saja aku paham, aku harus memantaskan diri untuk bisa memilikimu.
-          ...,

aku selalu melogikakan segala hal tentang mencintaimu, meski tak ada logika yang mampu membatasi perasaanku padamu.

Wednesday, September 25, 2013

Kekasih Orang.




Mungkin ini salah. Aku yang jatuh cinta padamu yang telah berpunya. Aku yang jatuh hati kepada kamu yang telah memiliki.

~*~

Kadang, cinta datang dengan hal yang sebanarnya tak wajar; seperti halnya aku. Entah kanapa tiba-tiba hati itu jatuh di matamu. Entah kenapa tiba-tiba saja kau menjadi manusia yang mengusik benakku; setiap pagi, sepanjang malam. Padahal aku tau, kau telah dimiliki dia. Dia yang terlanjur beruntung bertemu denganmu lebih dulu. Dia yang terlanjur beruntung mendengar kau menyatakan cinta terlebih dahulu.

Dan aku...,

Aku adalah manusia yang harus menerima kenyataan, jatuh cinta pada kekasih orang. Manusia yang harus mengakui, bahwa aku benar-benar cinta kekasih orang. Dan kekasih orang itu, kamu. Aku jatuh cinta kepada kamu.

Kini dunia menyalahkanku, seakan aku manusia paling jahat, seakan aku manusia berhati iblis yang ingin merebut kekasih orang. Seakan akulah manusia yang harus disalahkan, hanya karena aku mengakui; aku jatuh cinta padamu. Dan aku ingin memilikimu.

Hanya karena aku mengakui;  Aku jatuh cinta, dan aku ingin memilikimu, meski aku tau bahwa kau kekasih orang. Haruskah aku yang dibenci?

Apakah kau sadar dengan kalimat ini? cinta datang dari Tuhan.  Jika kini ia datang padaku, haruskah dunia yang menyalahkanku?!



Thursday, September 19, 2013

Tempat ini



Aku masih suka datang ke tempat ini. menikmati setiap detik yang berjalan pelan di depan ingatan yang menyusulnya. Ingatan yang selalu bisa membuyarkan konsentrasiku; untuk menyadari kau memang tak jua kumiliki.
Suatu waktu, kita pernah menikmati saat yang sama di tempat ini. sesederhana senyumanmu, begitu sederhana bahagia itu terasa di dadaku. Semuanya berjalan begitu saja. Aku merasa lengkap meski kita belum sempurna. Aku merasa senang meski hatimu belum juga ku pegang. Tak ada yang kusesali dari apa yang telah terjadi. Karena sesungguhnya yang tercipta tak hanya sekedar kebetulan belaka. Aku percaya, Tuhan punya kisah untuk kita.
Di tempat ini, kita pernah berterimakasih kepada senja atas segala warna yang melukis di langitnya. Kita pernah sama terkagum pada merah marun, dan sirah saga yang menari ria di sudut senja. Dia antara dua hati tak berani bersuara: aku yang memendam rasa, kau yang masih bertanya-tanya.
Bagiku datang ke tempat ini adalah cara menenangkan hati. Entah kenapa aku selalu bisa merasa sedikit lega. Saat bayanganmu masih bisa ku eja. Meski kau tak lagi pernah nyata dalam bersama.

UK, 19 sep 2013

Tuesday, September 17, 2013

Kau adalah orang yang tepat meski datang terlambat


#tulisanduet : Boy Candra - Ade Murni  [@AdeMurni23]

-          @dsuperboy

Bukan cinta yang salah. Hanya saja ia datang disaat yang tidak seharusnya. Saat rindu sudah memiliki tempat bersandar. Saat kamu sudah menjadi bunga berpagar. Dan waktu membuat kita bertemu di dua mata yang saling jatuh hati. Dua rasa yang saling memilih mimpi. Aku memimpikan bisa bersama denganmu. Kurasa, kamu juga memiliki rasa yang sama. Karena aku bisa melihatnya dari tatap matamu. Karena aku bisa merasakannya dalam bisik mesramu.
Namun rindu tak selalu menyenangkan. Ada rasa yang tak bisa terjelaskan saat aku memikirkanmu di antara ingatan yang masih bersamanya. Ada gagu yang mencium bibirku di saat doa menasbihkan namamu, padahal aku telah terbiasa menyebutkan namanya.
Aku tak tahu harus bagaimana. Karena sesungguhnya tak ada cinta yang salah. Tak ada rasa yang harus mengalah. Meski akan ada pipi yang basah di akhir kisah.
Kau begitu mempesona membuat dadaku bergetar tak berirama. Ada degup yang tak teratur. Ada cinta yang terlanjur. Tapi semuanya tak bisa berjalan begitu saja. Di sana ada seseorang yang memagut dada, jika dia tahu apa yang kita rasa. jika ia mendengar apa yang telah kita pagarkan.
Kini. Aku memilih menjalani ini bersamamu. Menjadi rahasia di antara doa-doamu. Menjadi rindu manja di dalam pelukanmu dengannya. Entah bagaimana menjelaskannya pada hati yang terluka. Hati dia yang sesungguhnya mencintaiku seutuh dada. Hati dia yang tak tahu kalau manusia yang ia cinta sedang bermain rasa dengan hati yang lain. Seketika ada sesak yang terasa saat semua ingatan tentangnya menjelma bersama bayanganmu yang sedang memeluk rindu. 

Entah siapa yang harus disalahkan. Entah waktu, entah juga rasa yang membelenggu hatiku ini terhadapmu. Hatiku terlanjur merasakan nyaman saat bersamamu. Jiwaku terlanjur merasakan tenang saat menatapmu. Bahagia ini terlanjur menjadi-jadi dalam hariku, karenamu.
Ada rasa bersalah yang teramat sangat aku rasakan ketika aku bersamanya. Setiap hal yang aku lewati bersamanya selalu terselip pikiran tentangmu. Hatiku  berbisik, andai saja aku melewatinya bersamamu mungkin akan lebih menyenangkan. Dan aku juga merasa sangat bersalah pada seseorang yang kini sedang bersamamu. Egois! mungkin itu pantas ditujukkan padaku. Dan aku bingung memilih mana yang lebih baik membohongin diri atau orang lain saat ini. Aku terlanjur lelah untuk berpikir.
Salahkah aku melakukan ini terhadapnya? Tentu salah jawabmu. Sangat salah. Tapi, apakah harus mencari-cari alasan untuk menjelaskan bahwa kamu benar orang yang membuatku sangat teramat merasa nyaman? Apa perlu aku memikirkannya berkali-kali? Jika semua hal yang aku lakukan denganmu benar membuat hati tenang.
Benar. Di hatimulah yang menjadi tempatku selalu ingin pulang dari semua hal yang membuatku penat . Cukup perhatian kecil darimu, cukup sapaanmu. Cukup hanya itu. Dan aku ingin selalu pulang ke rumah hatimu. Tanpa ada sekat yang membuatku terhenti di depannya. Tanpa ada rantai yang mengikatku dari luar. Apa bisa seperti itu? Di atas nama  dia yang mencintaiku, aku menyayangimu. 

-         @ dsuperboy
Tapi bukankah semua telah menjadi rencana Tuhan? Layaknya hujan yang turun ke bumi, daun yang berguguran, salju yang bertaburan, juga luka dan cinta. Semuanya telah menjadi rencana Tuhan. Termasuk kita. Percayalah!
Tak perlu menyalahkan siapa-siapa. Meski pada kenyataannya tetap saja luka tak bisa menyamarkan wajahmu. Tetap saja dia-nya aku, dan dia-nya kamu menjadi sendu. Namun cinta terlanjur membelenggu. Terlalu indah untuk kita lupakan, meski tak terlalu mudah untuk terus merasakan. Dia terlanjur dulu di hidupmu. Dan dia juga terlanjur memiliki tubuhku.
Kau harus percaya; bagaimana pun cinta tak pernah salah, kadang cinta memang harus memilih menyerah atau membuat hati yang  lain,  patah.
Aku memilihmu – meski masih bersamanya. Karena aku percaya, kau adalah orang yang tepat meski kita dipertemukan terlambat.

Monday, September 16, 2013

Untuk perempuan di Sabtu sore kemarin.



Kesini. Dekatkanlah telingamu! Aku ingin bercerita beberapa hal kepadamu, tentang dirimu, dan kenapa aku masih saja bertahan untuk memperjuangkan kamu. Untuk bisa menjadi pantas mendampingimu.

Kau tau? Bagiku kau adalah perempuan yang meneduhkan. Kau adalah perempuan yang membuatku merasa utuh, meski kadang tak jarang hujan pun meruntuh di dadaku. Saat cinta yang ku jaga ternyata tak kau rasa. saat rindu yang ku punya hanya terpendam dan menua.

Tapi tak apa. Sekali lagi bagiku kau adalah perempuan yang meneduhkan. Meski akhir-akhir ini jarang kita bertemu. Kau sibuk dengan duniamu dan aku sibuk dengan rinduku. Kau berjalan dengan segala senyummu, aku berjuang untuk membuatmu  kelak percaya. Aku adalah lelaki yang pantas bersamamu.

Di dadaku masih selalu mengalir rindu; menujumu dan tak pernah merasa jemu. Karena sebagai manapun kamu; sekali lagi, bagiku kau perempuan yang meneduhkan.

Mungkin kau bertanya; kenapa kau masih saja menunggu, saat diabaikan?

Bagiku mencintaimu tak pernah melelahkan. Karena aku percaya saat mencintai, kita hanya perlu memberi hati, tanpa perlu berharap lebih dari apa yang kita beri. Aku memberikan hatiku padamu, dan aku tau, kau belum tentu membalas hati padaku. Namun tak mengapa, karena begitulah mencintai sesungguhnya.

Kau tau?
Kau adalah perempuan yang menjadi alasan kenapa aku tidak mencintai perempuan lain.