Saturday, November 16, 2013

Janin di rahim Ibu.


Di puluhan hari yang lalu  mataku jatuh pada tubuhmu yang mungil. Seperti anak  yang lucu, ia terus tumbuh dan berakar. berdahan. rindang. Dan kini dadaku bahkan terlalu rimbun dengan daun-daunnya. Sesekali daunya gugur saat musim hujan tiba. Berjatuhan di selatan pelopak mata.

          ---------

Aku ingin membencimu!

Andai semudah itu, sayang. Andai melenyapkan perasaan padamu seringan awan yang terbang di antara sayap-sayap burung. Andai melepasmu seperti menerbangkan kapas bersama kunang-kunang. Andai aku bisa berandai-andai; ---andai semudah itu, sayang.

Aku ingin pergi dari hidupmu.

Ini bahkan lebih sulit dari menyelesaikan benang kusut akibat pertengkaran tetanggaku dengan mantan suaminya. Ini bahkan lebih sulit dari pada membuat patung dari air kelapa.

          ---------

Suatu hari saat aku masih berbentuk janin di rahim ibu, ia bertanya kepada ayah. Kenapa kau memilihku untuk melahirkan anak-anakmu? Ayah hanya diam. Ia tak punya jawaban untuk pertanyaan ibu. Beberapa detik kemudian, ayah mengecup kening ibu.

Ayahku memang bukan seorang guru. Tapi dari dia aku belajar; bahwa mencintaimu memang tak butuh alasan.

          Tak perlu pergi.

          Tak perlu membenci.






                                                                                16november2013---02:43 dinihari. 

No comments: