Friday, April 11, 2014

Aku pernah.



Harusnya aku tak menaruh apa-apa di matamu. Karena kini begitu sakit rasanya saat menatap kembali. Ada rindu yang dari dulu belum sempat kusudahi, tapi kau segera membawanya pergi. Juga hati yang kau rebut paksa untuk menyudahi janji. Sebelum kita benar-benar menepati.

Harusnya aku tak jatuhkan rasa kepada bibirmu. Karena kini begitu pilu mendengarkan potongan kalimat selamat tinggal untukku. Dengan mudahnya kau lumatkan luka di dada. Tak ada lagi manis manja kata rindu. Yang kau katakan segeralah lupakan aku. Apa kau tak pernah berpikir, bibir manis itu pernah membuatku merasa semuanya tak akan pernah berakhir. Tapi nyatanya kini perpisahan  kau sebut takdir.

Aku tak bermaksud menyalahkan kau yang mengingkari janji. Juga tak mau mengatakan semua luka adalah ulahmu. Hanya saja, setumpuk perih masih saja tersisa. Hingga saat aku tak bisa lagi menemuimu, pedihnya belum juga mereda.

Namun pada akhirnya aku pun harus mengerti. Mencintaimu adalah keputusan yang tak perlu ku sesali. Bagaimana pun aku pernah merasa hangat pelukmu. Pernah mengecup lembut bibirmu. Juga lelaki yang menenangkan sedu sedanmu. Hanya saja, mungkin alam memang tak pernah sepakat untuk kita terus bersama. Biarlah luka ini tetap ku bawa, entah sampai di ujung jalan mana. Entah sampai malam keberapa. Jika kau bahagia, harusnya aku juga bisa bahagia.




-- boy candra

5 comments:

gufranars said...

@dsuperboy : rajanya bikin cerita galau, nice bang! bantu gue nemuin passion gue, hehe

Unknown said...

kerennn. :D

bukan mawar said...

Boy... andai saja kisahku bisa kau jahit menjadi sebuah puisi.. ntah apa yg akan terjadi pada mataku. Untungnya.. aku blm pernah membaca jahitan kisahku di bait puisi puisi mu.. tapi aku berharap semoga esok waktu.. mataku dapat berair membacanya.

Anonymous said...

ngena banget siiii

Unknown said...

pengen deh cerita cintaku bisa di bikin kaya begini.