Wednesday, May 21, 2014

Ayah dan apa yang saya pikirkan.




Saya sangat menghormati ayah saya. Saya tidak pernah merasa lebih pintar dari beliau. Meski tak jarang kami berbeda pandangan. Namun bagi saya, tidak sepantasnya saya membantah apa yang beliau pikirkan. Tidak pantas anak menyalahkan ayah. Meski kadang, apa yang saya pikirkan sudah tidak sesuai dengan apa yang ayah saya pikirkan. Di satu hal saya sadar; ayah adalah akar untuk anaknya. Tidak akan pernah pohon kuat, kalau akarnya tidak kuat. Saya tidak akan pernah menjadi lebih kuat untuk berdiri kalau ayah saya tidak punya pikiran seperti itu. Karena itu, saya harus belajar memahami kenapa dia berpikir seperti itu.

Sering kali saya memiliki keresahan hati; ini tidak seperti yang ayah pikirkan. Tapi, saya tidak akan membantah apa yang ayah saya katakan. Bagaimana pun, sebisanya saya tidak ingin membuat ayah saya sedih. Dia telah membesarkan saya, membuat saya mampu berpikir tentang banyak hal. Jika nanti saya membantah apa yang ia katakan dengan apa yang saya dapatkan di luar; secara tegas, tentu ayah akan sedih. Dan kesedihan ayah adalah salah satu kegagalan anak paling parah.

Jika ayah berbeda pandangan, saya akan mencari jalan pikirannya. Lalu mencerna kembali, jika ada kesempatan, saya akan bertukar pikiran dengannya. Tanpa membantah pikiran beliau. Tanpa membuat beliau merasa saya lebih pintar. Karena saya memang tak akan lebih pintar dari ayah saya. Tapi saya bisa belajar berpikir tentang apa yang ayah saya belum sempat pikirkan. Mungkin karena dia selalu memikirkan hidup saya; bagaimana anaknya bisa sampai seperti saat ini, lebih baik dari hari ini. Dia mengabaikan hal-hal yang akhirnya akan didebat oleh anaknya.

Semoga saya tidak melakukan hal itu. Saya tetap ingin menjadi anak yang membuat ayah saya mengerti, saya adalah anak yang tidak ingin membantah apa yang ia pikirkan. Biarlah kepala saya beradu argumen sendiri. Biarlah isi kepala saya saling berontak. Asal ayah saya tetap percaya; dia adalah ayah yang saya hargai sepenuh jiwa saya. Dia adalah ayah yang membuat saya tetap tenang menjadi anaknya. Dia adalah ayah yang tidak akan pernah saya tandingi, dan memang tak ingin saya kalahkan pandangan hidupnya.

Saya hanya ingin; ayah saya tetap menjadi dirinya. Ayah yang selalu berpikir agar anaknya terus belajar menjadi hebat. Sebab dengan begitu, ia akan selalu mendoakan, memikirkan, bagaimana  anaknya agar jadi lebih hebat lagi. Karena itu, saya tidak pernah ingin terlihat hebat di mata ayah saya. Agar dia tidak berhanti mencintai saya.




12:57 wib
21 mei 2014


---Boy candra

No comments: