Saturday, November 28, 2015

Perjalanan Buku ‘Surat Kecil Untuk Ayah’





Sekitar dua tahun lalu, saya mengajak beberapa teman bercerita perihal ayah mereka. Bagi saya sendiri, ayah adalah satu sosok terpenting dalam hidup saya. Saya mendengarkan belasan teman menjabarkan bagaimana ayah mereka, atau bagaimana rasa sayang mereka kepada lelaki yang mereka panggil ayah itu.

Dari obrolan ringan itu, saya mulai menulis perihal-perihal yang mereka jabarkan. Tentu, sebelum bercerita, saya memang mengatakan kepada mereka, saya ingin menulis buku untuk ayah. Beberapa orang hanya ingin bercerita, tidak ingin kisahnya ditulis. Beberapa lagi malah tidak ingin nama mereka disebut. Tidak ada masalah dengan hal itu. Setiap orang punya rahasianya sendiri. Namun, saya senang, beberapa orang lainnya mengijinkan saya menulis kisah mereka.

Draf naskah buku ini sempat saya biarkan terpendam dua tahun lamanya. Saya tiba-tiba tidak yakin ingin menjadikannya buku. Entah takdir atau ini memang bagian rencana dari semesta. Tiba-tiba hari itu, salah satu editor penerbit bukune mengontak saya via WA, namanya bang Edo. Saya pernah mengajukan satu naskah novel fiksi kepada beliau, namun ditolak setelah berbulan menanti. Bang Edo meminta saya memperbaiki lagi naskah novel fiksi itu. Tapi belum saya selesaikan. Hari itu dia (bang Edo) meminta saya mengirimkan naskah buku tentang ayah yang saya tulis. Saya memang pernah menceritakan perihal naskah ini sebelumnya.

Saya akhirnya mengirimkan juga, berharap naskah ini memiliki nasib yang lebih beruntung dari novel fiksi yang pernah saya ajukan sebelumnya. Semesta berpihak kepada kami. Naskah buku tentang ayah ini diterima. Dengan syarat direvisi ulang. Saya pikir hanya sedikit yang direvisi. Nyatanya, Ya Tuhaaaan.... saya menghabiskan hampir dua bulan merevisi (Kalau diceritakan bagian ini, singkatnya: sejauh ini, ini buku yang paling banyak revisinya). Kini, berkat bantuan Bang Edo dan teman-teman di penerbit bukune, saya yakin untuk menghidangkan buku ini kepada teman-teman.

Ini tidak sepenuhnya kisah nyata memang. Sebagian saya ubah demi kepentingan tulisan. Saya hanya ingin mengatakan, cerita-cerita yang saya tulis di buku yang diberi judul 'Surat Kecil Untuk Ayah' ini sebagian besar berangkat dari kisah teman-teman saya, -atau beberapa dari kisah saya sendiri.

Satu hal yang pasti. Saya percaya, bagi seorang anak, ayah tetaplah hal yang penting. Meski beberapa orang mungkin saja memiliki kisah yang tidak menyenangkan. Namun saya percaya, ada ikatan yang tak pernah bisa dilepaskan dari diri manusia dengan ayahnya. Ikatan itu disebut rindu. Itulah alasan yang membuat saya menulis buku ini. Saya selalu merindukan ayah saya, di mana pun saya berada, meski tak selalu saya sampaikan secara langsung.

Buku "Surat Kecil Untuk Ayah" direncanakan terbit dan edar sekitar bulan Desember 2015. Diterbitkan oleh penerbit Bukune. Sekaligus menjadi buku ketujuh saya. Ini adalah buku pertama yang lepas kendali dari rasa patah hati dan perihal jatuh cinta lainnya. Ini jatuh cinta dan patah hati yang berbeda.  

Selamat menanti Surat Kecil Untuk Ayah.



Salam,



Boy Candra





No comments: