Hari ini adalah giliran buku yang ingin saya ceritakan
di catatan #CeritaDariKamar ini. Di hari ke 7. Tanggal 7 Agustus 2013. Sehari menjelang lebaran idul fitri.
Sedikit sebelum saya membahas buku, saya ingin
mengabari, kalau saya suka angka tujuh. Sebenarnya ini tidak termasuk ke dalam
hal yang ingin saya ceritakan pada bagian catatan dengan judul buku, ini. Tapi setidaknya, karena hari ini tanggal 7 dan
dalam cerita ke 7, saya ingin mengabari makna angka tujuh dalam pemahaman diri saya. Bagi
saya angka 7 adalah angka keabadian. Dalam logika saya, saya punya pandangan keabadian adalah abadi hingga dunia kiamat.
Keabadian itu ada hingga sedetik sebelum dunia kiamat.
Kenapa saya menyebut angka tujuh angka keabadian?
Karena dalam pemikiran saya, kebetulan atau tidak, saya meyakini surga itu tujuh
tingkatan, begitu juga neraka, Langit tujuh lapis. Hari, ada tujuh nama. Dan banyak
hal yang akan tetap menjadi tujuh, hingga dunia kiamat. Abadi.
Kembali pada cerita yang ingin saya kisahkan. Kali ini
adalah daftar hadir buku.
Buku bagi saya adalah pacar. Terutama untuk novel-novel
yang saya beli dengan menabung uang jajan untuk waktu tertentu. Demi buku/novel
yang saya ingini, saya rela berbagi rejeki dengan perut saya. Ah, ini drama
banget ya? Tapi begitulah yang pernah saya lakukan. Saya lebih memilih membeli
buku, dari pada membeli benda-benda lain, semisal baju.
Saya kesal apabila ada yang meminjam buku saya tapi tidak merawatnya, bahkan yang paling menyebalkan, lupa mengembalikannya. Bukan karena buku itu dibeli dengan uang hasil jerih payah, tapi lebih karena, bagi saya buku adalah aset. Karena itu, kadang saya memilih pelit meminjamkan buku kepada orang-orang yang berpotensi tidak pandai menjaga, dan lupa mengembalikan.
Saya kesal apabila ada yang meminjam buku saya tapi tidak merawatnya, bahkan yang paling menyebalkan, lupa mengembalikannya. Bukan karena buku itu dibeli dengan uang hasil jerih payah, tapi lebih karena, bagi saya buku adalah aset. Karena itu, kadang saya memilih pelit meminjamkan buku kepada orang-orang yang berpotensi tidak pandai menjaga, dan lupa mengembalikan.
Bagi saya, buku juga teman sepi. Saat merindukan
seseorang yang tak membalas rindu, misalnya. Saya lebih suka menenggelamkan
diri saya bersama buku. Saya menikmati setiap hal yang di tawarkannya. Meski
tak semua buku terasa manis, kadang ada juga yang hambar. Namun, bagi saya, itu
tidak masalah. Toh, tidak semua buku akan menusuk hatimu. Tidak semua buku akan
kamu pikir cocok bagimu.
Saya pikir itu wajar. Karena sipenulis tidak akan
sanggup memenuhi semua selera calon pembacanya. Sebab buku pada dasarnya akan
memeluk orang-orang yang ingin atau pernah tinggal dalam kisah yang ia hadirkan.
Jika kamu atau saya tak tersentuh, berarti saya tak pernah tinggal, dan tak
ingin mencoba tinggal di dalamnya.
Saya orang yang selalu suka mengaitkan segala sesuatu dengan
urusan hati. Jika buku adalah kekasih, maka, kamu akan merasa nyaman saat
kamu tinggal dan ingin menetap di
hatinya. Jika tidak, kamu hanya akan merasa hambar berada di sampingnya.
***
No comments:
Post a Comment