Ini adalah rumah kita. Sebut saja. Rumah hati. Hanya
kita yang ada di dalamnya, mungkin nanti juga akan ada beberapa wajah lucu yang
menemani. Biasanya kamu menyebutnya dengan “Malaikat Kecil”. – paragraf pertama dalam buku “Rumah Hati,”
***
Kali ini saya akan bercerita tentang benda yang juga
berarti bagi perjalanan hidup saya. Benda yang pernah menjadi benda paling saya
sukai. Benda yang dibuat oleh seseorang yang dulu pernah begitu berarti dalam
hidup saya. Sesorang yang pernah saya impikan menjadi bagian hidup saya
selamanya. Ya. Begitulah dulu saya mencintainya.
Benda yang saya ingin ceritakan, bernama “Rumah hati,”.
Bukan rumah sungguhan, hanya buku yang dibuat oleh mantan kekasih saya itu,
buku yang dibuatnya dari kertas berwarna-warni, dan kami sepakat untuk
menuliskan apa saja yang kami rasakan disana. Menyimpan foto dan menuliskan
beberapa hal yang kami lakukan bersama. Saat bersepeda misalnya.
Saat menulis #ceritadalamkamar ini saya sempat berpikir,
apakah ini tidak akan berpengaruh terhadap seseorang yang lagi saya dekati
sekarang? seseorang yang saya cintai saat ini. Apa dia nanti akan tidak suka
pada saya setelah saya menceritakan benda-benda yang pernah diberikan mantan
kekasih saya. Karena saya masih menyimpannya.
Satu hal yang pasti yang ingin saya sampaikan, kepada
kamu yang mungkin saja membaca tulisan ini. Saya hanya ingin mengatakan, saya
bukan tipe orang yang bisa dengan mudah membuang kenangan, walau pada dasarnya
saya bukan lelaki yang ingin hidup dalam kenangan. Saya hanya berfikir, ketika
benda-benda ini masih ada, setidaknya mereka masih memiliki kisahnya
masing-masing. Jika saya membuangnya, saya hanya akan menyakiti kenangan itu,
tanpa menyembuhkan hati saya.
Karena itu, saya memilih untuk membiarkan semua benda-benda
itu tetap ada. Hingga nanti ada yang mengambilnya, dan menghilangkannya.
Tentang buku bernama rumah hati ini, saya sudah hampir
setahun tidak membukanya lagi. Hanya saat menuliskan cerita ini, saya kembali
membukanya. Nanti pasti akan saya tutup lagi. Membiarkan ia kembali bersama
kenangan yang disimpannya. Kenangan yang telah memutuskan untuk memilih
jalannya sendiri, setahun yang lalu.
DULU. Benda ini hampir saja dibuat ber-seri oleh
seseorang yang pernah saya cintai itu. Tapi, semuanya tak terjadi sesuai
rencana. Semuanya berantakan setelah akhirnya, kekasih yang saya cintai.
Perempuan yang membuat buku ini, memilih untuk kembali pada mantan kekasihnya.
Hufttttt, saya harus melepaskan nafas panjang saat menulis bagian ini.
Ya. Begitulah,
kenyataan kadang memang tak sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Tapi
saya selalu percaya pada satu hal, jika saja saya masih bersama perempuan yang
membuat buku ini, saya belum tentu akan sebahagia yang saya bayangkan. Karena
tanpa saya sadari, saya mencintai seseorang yang masih menyimpan kenangannya
dengan orang lain. Seseorang yang masih menyimpan cintanya pada kekasihnya. Seseorang
yang masih ingin kembali pada mantan kekasihnya.
Bagaimana pun, kenangan adalah kenangan. Dan kamu
adalah kamu. Saya menulis kenangan ini, karena pernah ada bersamanya. Saya
memilih mencintai kamu, karena kini kamu yang membuat saya bahagia.
-
Hidup hanyalah perihal menulis sebuah buku.
Saat buku itu habis, atau tak kau butuhkan lagi. Kau akan mulai menuliskan buku
yang baru. Hidup dengan hal-hal yang baru. Kisah baru.
***
2 Agustust 2012,
Hari kedua menulis #CeritaDariKamar
No comments:
Post a Comment