Ketika
seseorang menghadiahimu sesuatu, itu karena ia menaruh harapan agar kamu bahagia
dengan apa yang ia barikan. Dikatakannya atau tidak.
Kalimat
itu membuat saya menyimpan semua hal yang diberikan pada saya. Hal-hal yang
pernah begitu berarti dalam perjalanan hidup saya. Banyak benda-benda yang
masih tersimpan di lemari kamar saya. Benda-benda yang dulunya diberikan oleh
seseorang, duaorang, tigaorang. Dan senja ini, saat menuliskan tulisan yang
sedang kamu baca ini. Saya ingin menceritakan satu benda yang masih saya simpan
hingga saat ini. benda yang dulu begitu berarti untuk saya, juga untuk orang
yang memberikannya pada saya.
Benda
pertama yang saya pilih untuk ikut berpartisipasi dalam event #CeritaDariKamar
yang dibuat oleh @Benzbara_ ini, adalah surat cinta. Ya. Surat cinta.
Ini
surat cinta yang ditulis oleh seseorang yang pernah begitu dalam saya cintai.
Jujur saja, dia adalah cinta pertama saya. Kami bertemu kelas dua SMP, satu
tahun dekat, akhirnya ketika kelas tiga saya memberanikan diri untuk menyatakan
perasaan kepadanya.
Perjalanan
cinta saya tak begitu mulus. Ada beberapa syarat yang harus saya lakukan bila
saya benar ingin menjadi pacarnya. Karena pada saat itu, saya adalah lelaki
yang jatuh hatinya saya tak peduli apapun yang ia syaratkan. Dan cinta
bersyarat itupun saya sanggupi.
Oh
iya, saya sampai lupa. Nama gadis itu, Puput.
Cinta
bersyarat memang tak segampang yang saya pikirkan. Awalnya saya sempat
dipengaruhi beberapa teman, kalau dia
cinta seperti itu padamu, berarti dia tak benar-benar mencintaimu nanti. Dia
tak mencintaimu apa adanya. Dia mencintaimu karena kamu ingin menjadi seperti
yang ia mau, bukan mencintaimu sebagai dirimu sendiri.
Saya
mulai berfikir. Saya rasa teman-teman saya ada benarnya. Tapi bukankah saya
memang sedang jatuh cinta padanya, dan saya harus buktikan saya bisa menjadi
apa yang ia inginkan. Akhirnya saya abaikan ucapan teman-teman saya.
Saya
melakukan syarat yang pada saat itu begitu sulit untuk saya lakukan. Dulu,
sewaktu Smp, saya adalah anak yang tidak terlalu teladan. Rambut saya acak-acakan,
baju saya tak pernh rapi, sesekali saya ikutan merokok bersama teman-teman di
kantin belakang sekolah. Dan kadang, saya malah ikutan cabut saat jam
pelajaran.
Puput
ingin saya berubah 180 derjat. Dia tak suka lelaki perokok. Dia tak suka
melihat anak lelaki yang bajunya tidak rapi. Dia juga tak suka saya cabut saat
jam pelajaran. Dan saya harus datang tepat waktu ke sekolah.
Oh
tidak! Itu syarat yang menurut saya mengada-ngada. Bagaimana saya bisa merubah segala
kebiasaan itu? Dan yang lebih parahnya, Puput memberikan limit waktu untuk saya
membuktikan, apakah saya pantas untuk menjadi kekasihnya.
Hari-hari
berikutnya saya mulai melakukannya. Datang kesekolah sebelum jam tujuh pagi.
Jika saya telah bangun, saya lebih memilih sarapan di sekolah dari pada di
rumah. Tujuannya tak lain agar Puput melihat kesungguhan saya. Pakaian dan
rambut saya pun labih rapi dari biasanya. Beberapa teman yang sering mengajak
saya cabut, malah heran, kenapa saya bisa berubah seperti itu.
***
Orang
yang jatuh cinta, akan selalu membuat orang yang ia jatuhcintai menjadi nyaman
berada di sampingnya. Walau kadang harus merubah dirinya menjadi orang lain.
Saya
melakukan itu.
Kelas
tiga SMP tahun 2005, saya belum memiliki Hape. Dan pada saat itu, salah satu
hal yang sering dilakukan orang berpacaran, adalah dengan bertukar surat cinta.
Saya
menuliskan surat cinta saya pada Puput. Satu. Dua. Tiga. Surat cinta yang
bertuliskan tulisan tangan, yang saya rangkai dengan kata-kata yang menurut
saya indah pada waktu itu. Saya memberikannya langsung pada Puput. Seminggu
berlalu surat pertama, ia tak membalasnya, begitu juga hingga surat cinta,
kedua, ketiga, Puput tetap tak membalasnya.
****
Saya
mencoba mengerti dari sikap yang di tunjukan Puput. Dia mulai terlihat menunjukan
sikap kalau dia juga punya hati untuk saya. Saya berusaha tak berharap ia
membalas surat cinta dari saya.Bagi saya, dia sudah nyaman di samping saya, itu
sudah menjadi kebahagiaan.
Kadang,
cinta memang tak harus diucapkan dengan kata.
Hubungan
kami berjalan dengan baik. Sesekali saya masih mengirim surat cinta pada Puput,
meski saya tau, dia tak akan membalasnya lagi. Dan akan menjawab semua
pertanyaan yang saya tuliskan di surat cinta saya, langsung pada saya. Saat
kami bertemu di sekolah.
Seiring
waktu berlalu, saya merasa Puput
mulai berubah. Dia terlihat seolah menjauhi saya. Dan itu rasanya sakit, saat
orang yang kamu cintai, tiba-tiba saja menjauhimu tanpa alasan. Saya mencoba
bertanya pada Puput, tapi dia malah seperti tak ingin berbicara dengan saya.
Saya
bingung. Tapi ada hal yang lebih penting di hadapan saya. Sebentar lagi, Ujian
Nasional. Saya juga tak ingin gagal hanya karena saya patah hati.
Singkat
cerita, Ujian Nasional berlangsung. Dan Sekolah kami dinyatakan lulus dengan
kelulusan seratus persen.
Teman-teman
saya bahagia. Saya juga bahagia. Tapi ada hal yang masih menyangkut di hati
saya. Kenapa Puput tiba-tiba menjauhi saya. Apa saya gagal dalam mengikuti
ujian cintanya? Kalau iya, kenapa dia tak bilang langsung. Kenapa harus menjauh
seperti ini?
Tiba-tiba
hal yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya terjadi. Tepat di acara perpisahan
sekolah. Puput datang menghampiri saya.
“Boy,
aku ingin mengatakan sesuatu, tengan sikapku selama ini. tapi bukan disini.”
Dia mengajak saya ke taman belakang sekolah.
Lama
kami hanya diam saling sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga akhirnya ia
mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah surat cinta berwarna biru.
“Aku
tau. Kita tak akan bertemu lagi sehabis ini. Aku akan melanjutkan sekolah di
luar kota. Aku harap, kita masih bisa saling mengingat, walau aku tak
yakin bisa menjalani hubungan jarak
jauh, tapi tak apa, kita jalani saja dulu.
“ini
surat cintaku untukmu. Aku harap kamu manjaganya. Seperti kamu menjaga hatiku.
Jangan sampai hilang.”
Saya
tersenyum. Ada bahagia yang tak bisa ku jelaskan dengan kata-kata waktu itu.
Surat cintanya saya bawa pulang. Kata Puput, saya tak boleh membacanya saat
bersama dia. Saya harus membacanya di rumah. Jika saya merindukannya nanti, saya harus membaca surat
cinta itu berkali-kali, hingga rindunya reda.
Saat
jauh dari Puput. Saat rindu. Saya selalu
membaca ulang surat cinta dari Puput. Surat cinta yang tidak biasa. Selain
karena di tulis dengan mesin TIK. Juga karena saya percaya, Ia menuliskannya
dari hati.
Hingga
saat ini, meski saya tak lagi mengharapnya, meski saya tak lagi merindukannya
seperti dulu. Saya memutuskan untuk tetap menyimpan surat cinta ini. Pernah
suatu ketika saya ingin mengembalikannya pada Puput. Tapi tak jadi. Saya pikir,
ada baiknya kenangan memang harus disimpan. Karena tak ada cinta yang bisa
dikembalikan.
***
1 comment:
well, it's same story as mine. akupun masih menyimpan surat2 'cinta' dari teman2 jaman SMP dulu. meski tidak semuanya menyimpan cerita indah :)
Post a Comment